Standar hidup di Inggris menurun secara "dramatis" sejak resesi dan sulit untuk mencapai tingkat normal sebelum masa krisis, hal itu dikatakan oleh ahli ekonomi di Inggris.
Sebagai perbandingan Institut Studi Fiskal (IFS) menghitung sebuah
rumah tangga menengah dengan penghasilan pada 2013-14, mencapai 6%
dibawah standar sebelum krisis.
Penurunan ini terjadi pada kelompok dengan penghasilan tinggi dan rendah. Tetapi bagi mereka yang memiliki penghasilan rendah dapat merasakan kondisi ini dalam beberapa tahun mendatang. IFS menyebutkan kondisi ini terjadi karena pemotongan laba dan kredit pajak.
Penemuan ini akan menjadi bahan debat politik
mengenai pemulihan ekonomi Inggris dan apakah ini akan dirasakan secara
merata oleh seluruh kelompok masyarakat.
Dampak inflasi
Dalam publikasi terbaru IFS menyebutkan kelompok
ini menghitung sebuah keluarga dengan penghasilan menegah mengalami
penurunan sebesar 6% sejak 2007-2008.
Analisis menunjukkan bahwa penurunan pendapatan terbesar terjadi pada kelas atas, yang mencapai 9% sejak resesi.
Sementara itu, masyarakat miskin mengalami penurunan pendapatan sebesar 2,4% selama periode yang sama.
Data ini mencerminkan bahwa pendapatan meningkat lebih rendah dibandingkan kenaikan harga.
Bagaimanapun, IFS mengatakan mereka yang memiliki pendapatan tinggi lebih diuntungkan dengan biaya hipotik yang murah.
Sementara, kenaikan harga makanan dan energi menjadi persoalan bagi sebagian besar rumah tangga miskin.
Laporan menyebutkan inflasi antara 2008 dan 2013
adalah 20%, sementara harga energi naik 60%, dan makanan naik 30%
selama periode yang sama.
Hasil penelitian IFS ini dipublikasikan pada
hari yang sama dengan pengumuman Badan Statistik Nasional ONS yang
menyebutkan peningkatan upah di Inggris paling besar dibandingkan dengan
kelompok negara G7 sebelum terjadinya krisis finansial.
Namun, pasca resesi, Inggris mengalami penurunan
upah terbesar diantara kelompok negara-negara- AS, Jepang, Italia,
Jerman, Prancis (sumber: BBC Indonesia)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar