Kesibukannya
sebagai seorang diplomat di negara orang ternyata tidak membuat Sylvia Shirley
Malinton lupa akan daerah kelahiran ayahandanya, Adonara-NTT. Bahkan ia menjadi
promotor untuk mempromosikan NTT di tanah rantau. Mengelilingi
dunia demi tugas sebagai seorang diplomat memang sudah biasa bagi mantan artis
era Rano Karno ini.
Akan
tetapi di tengah kesibukannya dalam urusan tugas sebagai diplomat di Kementrian
Luar Negeri, Shirley selalu mengedepankan kebudayaan dan pariwisata Nusa Tenggara Timur (NTT) patut
diacungkan jempol karena dia baru saja sukses mempromosikan Sail Komodo di
Amerika Serikat setahun yang lalu.
“Sebagai anak bangsa saya wajib mempromosikan Indonesia.
Apalagi tempat kelahiran papiku Adonara,” ujar diplomat yang sudah menjadi staf
Kemenlu selama 24 tahun.
Pengalamannya
mempromosikan NTT di luar negeri memang ditimba dari pengalaman hidupnya
sendiri sebagai seorang artis.
“Saya
pernah menjadi wartawan cilik di usai 15 tahun dan mendapat tugas mewawancarai Adam Malik dan Mohammad Hatta tentang bagaimana hubungan diplomasi dengan luar
negeri,” ujarnya. Dari
pengalamannya inilah ia mulai merintis karier untuk menjadi seorang diplomat.
“Sebelum kerja di Kementerian Luar Negeri memang pernah menjadi artis bersama
Rano Karno dulu. Akan tetapi karena tuntutan pekerjaan saya harus menarik diri
dari artis,” ujarnya.
Diakuinya,
sebagai seorang diplomat ia pernah ditugaskan di Roma Italia,
Toronto dan Chicago Amerika Serikat. “Di setiap tugasnya saya selalu
mempromosikan Indonesia dan secara khusus NTT termasuk Sail Komodo yang
sementara berlangsung,” ujarnya.
Diakuinya
memang menjadi diplomat pada bagian sosial dan kebudayaan memang ada suka
dukanya tersendiri. “Namanya
juga di rantau orang kalau ngak ada pasokan semua kebutuhan promosi terpaksa
kita 'darurat' harus pamerkan hasil koleksi tersendiri,” kisah Kepala Bidang Pengkajian
Hubungan Luar Negeri Kemenlu RI ini. Bahkan
untuk mempromosikan kebudayaan itu ia menggandeng para rohaniwan dan rohaniwati
asal NTT yang berada di tanah rantau untuk dijadikan artis.
Bagi
Shirley, semuanya bisa dimanfaatkan asal saja bisa mempromosikan NTT. “Kami
mempromosikan kebudayaan NTT dengan menyanyikan lagu-lagu daerah NTT, pameran
pakaian adat, dan lain sebagainya. Memang luar biasa karena kami dengan serius
mempromosikannya,” ujar dia.
Harus Bisa Menyamai Hawaii
Pariwisata
NTT, kata dia, bisa menyamai kota-kota pariwisata di luar negeri hanya butuh
pengelolaan yang matang. “Pantai Kupang bisa seperti di Hawaii kalau dikelola
lebih baik,” ujarnya.
Selain
itu dia juga mengakui tempat-tempat pariwisata NTT memiliki keunikan
tersendiri. “Karena uniknya inilah saya gemas untuk mempromosikannya. Saat ini
orang kenal Bali. Bali tidak dipromosikan juga orang udah tahu,” ujarnya.
Akan
tetapi tidak lupa juga dia mengkritisi pemerintah untuk menangani lebih serius
pariwisata NTT.
“Orang
masih mengenal Indonesia sebagai sebuah negara kecil di Afrika. Apa lagi NTT.
Karena itu hendaknya pemerintah membenahi lebih serius dengan memberikan
jaminan keamanan dan sarana prasarana yang menarik,” jelasnya.
Untuk
itu dia berharap semoga NTT bisa berjalan lancar dan mengejar
ketertinggalannya. “Yang jelas perannya harus lebih banyak dari pemerintah serta
ditunjang oleh warganya dan menghormati keamanan,” pungkasnya.
Sebelumnya
Shirley mengaku sibuk mengurusi anak-anak authis. Menurutnya, di NTT
sebenarnya banyak anak authis tetapi belum ada theraphy centre yang bisa
membantu anak-anak authis tersebut. “Pemerintah perlu mendata anak-anak
tersebut sehingga bisa membantu ana-anak authis. Kasihan banyak anak yang harus
dititikan di Pulau Jawa,” ujarnya.
Aktivis
pemerhati anak-anak authis pada lembaga pemerhati anak-anak authis ini, mengaku
siap bekerja sama dengan Pemprov NTT untuk menyiapkan tenaga maupun fasilitas
bagi anak-anak authis di NTT. “Sampai saat ini kita sudah bekerja sama dengan
pemerintah DKI. Kalau NTT mau, kita siap bekerja sama,” ujarnya.
Dikatakannya,
memang mengurusi anak-anak authis memang butuh banyak kesabaran. “Mereka itu
memiliki kelakuan yang berbeda padahal fisically mereka itu sangat normal.
Bahkan memiliki IQ yang tinggi. Karena kelakuan mereka itu sendiri yang sering
menyakiti diri sendiri itulah yang perlu kesabaran untuk menghadapi mereka,”
ujarnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar