Selasa, 12 Juni 2012

Goyang Reggae Indonesia Goncang Ethiopia

Duta Reggae Indonesia Ras Muhamad Goncang Ethiopia

Selasa, 15 Mei 2012
Ambbasador Reggae Music-Ras Muhammad
Musisi Reggae yang dikenal sebagai Duta Reggae Indonesia, Ras Muhamad membuat semua undangan di Wisma duta KBRI Addis Ababa mengikuti alunan dan gaya reggaenya. Pada “Inauguration of Indonesia Langugae Class and welcoming the Reggae Ambassador” Ras Muhamad berkolaborasi dengan musisi reggae setempat dengan menampilkan lagu-lagu yang bernuansa reggae yang mengundang para tamu untuk bergoyang bersama mengikuti alunan khas musik reggae. Dalam sambutannya pada kegiatan tersebut Dubes RI Addis Ababa, Ramli Saud mengatakan bahwa peresmian ini merupakan rangkaian awal untuk memperkenalkan budaya Indonesia dalam hal ini “bahasa” kepada masyarakat Ethiopia dengan harapan semua anggota friends of Indonesia bisa berbahasa Indonesia, paling tidak sebagai langkah awal mampu dan mengerti bahasa sehari-hari seperti selamat pagi, terima kasih dll. Dubes Ramli Saud juga memperkenalkan musisi Ras Muhamad sebagai Duta Reggae Indonesia kepada seluruh undangan. Pada kesempatan yang sama Dubes Ramli Saud diwawancarai oleh beberapa media cetak dan televisi; Ethiopian Television 1 (ETV1), koran harian Ethiopian Herald dan koran mingguan Media and Communication Center-Reporter. Dalam wawancara tersebut Dubes Ramli Saud menyampaikan bahwa kegiatan ini bersifat social gathering yang bertujuan untuk lebih meningkatkan hubungan people to people contact, dan pengenalan budaya antar kedua negara. 

Diplomat Paripurna Yang Gaul
Di kamar kerjanya di lantai 2 Gedung Utama itu Djauhari Oratmangun masih berkantor. Sebagai Direktur Jenderal Kerjasama ASEAN dia baru saja menyelesaikan tugas berat membantu Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa merumuskan berbagai ide-ide orisinal dan strategi Indonesia untuk mencapainya, dalam masa keketuaan Indonesia di ASEAN pada tahun 2011. Bersamaan dengan berakhirnya keketuaan Indonesia, Djauhari pun dilantik oleh Presiden SBY untuk tugas baru yang cukup menantang: Duta Besar RI untuk Federasi Rusia dan Belarus. Dia sudah bersiap akan berangkat ke medan tugas, pada akhir Januari ini.


Di kamar kerjanya, masih tergantung poster berukuran besar Djauhari berkacamata hitam bak seorang pemusik rock sedang memainkan gitar dalam ASEAN Youth-Cultural Exhange Festival 2011 yang menampilkan 10 group musik pop rock yang berasal dari negara anggota ASEAN. Dia bukan saja pemusik, tetapi juga senang menyanyi, mengunjungi teman-temannya di berbagai tempat dan profesi. Kulinari berbagai makanan daerah menjadi kesukaannya. Apa pengalaman menarik selaku Dirjen Kerjasama ASEAN Kemlu dalam pelaksanaan keketuaan Indonesia di ASEAN?
Dia memang menghabiskan terbesar waktunya dalam memimpin berbagai pertemuan dan negosiasi ASEAN yang adakalanya menyertakan banyak delegasi dari berbagai instansi RI. Sering pada akhir pekan dia tidak bersama keluarga tercinta, tetapi dihabiskan dalam mencarikan jalan keluar permasalahan sulit untuk menyatukan langkah 10 negara anggota ASEAN. Maka, Djauhari merujuk pada pengalaman ketika mengorganisir festival music rock se ASEAN, dan dia juga tampil seperti terlihat dalam poster besar di kamar kerjanya. Itu acara ASEAN Youth-Cultural Exchange Festival 2011″ yang diselenggarakan pada tanggal 1 Mei 2011 di Backstage Beach Concert, Ancol, Jakarta. Menurutnya, konser musik membantu menjadi wadah pemersatu pemuda ASEAN karena musik mempunyai sifat yang universal dan lebih cepat menyampaikan pesan kepada masyarakat ASEAN. “Melalui musik, melalui konser bersama itu, kita merekatkan kebersamaan sesama kaum muda di seluruh Negara anggota ASEAN di bidang musik yang pada gilirannya mereka bisa menyampaikan hal ini juga kepada penggemar-penggemar mereka di sana”, kata Djauhari. Lebih jauh, Djauhari Oratmangun menegaskan bahwa pemerintah Indonesia memandang penting untuk merangkul golongan muda dalam pembangunan komunitas ASEAN karena golongan inilah yang akan mewarisi dan mengembangkan arsitektur kawasan ASEAN ke depan.

Jabatan resminya sebagai dirjen itu bakal ditinggalkannya pada akhir Januari ini karena akan segera menuju posnya di Kedutaan Besar RI untuk Federasi Rusia di Moskow. Dirjen merupakan jabatan karir struktural tertinggi, dan duta besar menjadi gelar tertinggi profesi diplomat. Sebagai PNS, itu merupakan idaman yang pantas diimpikan meskipun tidak semua pegawai bisa mencapainya.

Djauhari menjadi diplomat paripurna karena gampang bergaul. Dia memiliki jaringan pertemanan yang luar biasa luasnya, dari berbagai kalangan dan tingkatan, di dalam maupun di luar negeri. Bergaul juga sangat penting bagi diplomat, katanya. “Dengan bergaul di berbagai kalangan, maka kita mendengar degup jantung bangsa, aspirasinya, cita-citanya,” ujarnya mantap. Diplomat itu representasi bangsa, dan berjuang melalui diplomasi untuk kepentingan bangsanya.

Dalam dunia yang kian menipis batasnya, diplomasi telah melepas sekat-sekat yang tidak perlu. Diplomasi dengan demikian bukan hanya domain pemerintah, semua pemangku kepentingan diundang untuk urun-rembug, ujar sang dubes designate itu.
Ketika kami bertemu di kantornya, Djauhari baru saja kembali dari Manado untuk pertemuan forum pariwisata ASEAN dan dengan senang menerima IRNews untuk wawancara, Jumat (20/1). Meskipun tampak lelah, dari pertemuan untuk menggalang kerjasama industri pariwisata yang dihadiri menteri, pengusaha biro perjalanan, hotel, dan restoran ASEAN, tetapi lelaki berbadan kekar ini tampak senang bercerita tentang tugasnya yang baru.
Djauhari sudah malang-melintang bertugas sebagai diplomat yang memulai karirnya dengan penugasan di Perutusan Tetap RI untuk PBB di Geneva, di mana dia mulai mengenal seni berdiplomasi dan substansi perdagangan internasional. Di WTO Geneva itu dia langsung berkecimpung dalam tugas negosiasi multilateral. Acapkali Djauhari mau membagi perspektifnya dalam kaitan pembentukan badan multilateral yang mengatur perdagangan dunia.
Dia memang rajin menulis artikel di berbagai media seperti Kompas, Jakarta Post, dan majalah berkala lainnya. Diplomasi multilateral merupakan domain Djauhari. Bak seekor ikan, maka diplomasi multilateral adalah air bagi putera Maluku kelahiran Sangihe Talaud, Sulawesi Utara, 22 Juli 1957 itu. Dengan berbagai latar-belakang perundingan multilateral di Geneva maupun New York dia piawai memimpin negosiasi ASEAN.Meskipun ASEAN merupakan organisasi sub-regional tetapi carakerjanya sama dengan diplomasi multilateral, atau yang disebut sebagai conference diplomacy, atau diplomasi yang dijalankan melalui medium konperensi.

Di Moskow, bakal tempat tugasnya yang baru, Djauhari akan mengurusi hubungan bilateral. Tetapi, nature pekerjaan di Moskow itu tidak terlepas dari isu-isu yang dibahas di fora multilateral, semata-mata karena Rusia tetap menjadi pemain penting di dunia, baik dalam isu politik, perlucutan senjata dan keamanan internasional. Rusia sebagai salah satu anggota-tetap Dewan Keamanan PBB, memiliki perspektif tersendiri dalam percaturan politik internasional di Eropa maupun dalam tataran dunia. Pastilah Djauhari sangat memahami posisi Rusia dalam kaitan berbagai isu internasional.
Dalam kaitan ini, Indonesia yang terletak di posisi istimewa di Asia Tenggara, yang menjadi salah satu pemain penting dalam percaturan politik maupun ekonomi di Asia Pasifik dari dulu aktif dalam kiprah diplomasi multilateral. “Di samping untuk kerjasama di fora internasional dalam era multipolar ini, kerjasama antar-kawasan juga mampu menyumbang pemerkuatan hubungan dan persahabatan strategis antara kedua Negara kita,” kata Djauhari.
Karena familiar dengan berbagai isu-isu multilateral, maka tidak sulit bagi Djauhari untuk memahami bagaimana pengembangan dialog dan kerjasama antara kedua negara di fora internasional. Lagipula, substansi kurang lebih sama, hanya formatnya yang berbeda, kata diplomat piawai itu.
Karena itu, Djauhari bercerita lebih banyak menekankan peningkatan kerjasama bilateral. Menurutnya, ruang untuk peningkatan kerjasama ini berdimensi luas sekali. “Masih banyak yang perlu kita garap di sini, terutama berkaitan dengan isu-isu kerjasama ekonomi,” katanya.
Pada pertemuan kami kali itu, Djauhari lebih banyak bercerita tentang hal-hal yang non-substantif, yaitu kehidupan diplomat dalam kaitan masyarakat. Menurut Djauhari, pada saat terbentuk Komunitas ASEAN 2015, tidak saja 10 negara ASEAN akan menjadi suatu komunitas ekonomi, tetapi pada saat bersamaan adalah komunitas politik yang memiliki parameter keamanan yang kurang lebih berada dalam satu platform.
Selanjutnya, sebagai basis organisasi ASEAN perlu mengikat sentimen di kalangan rakyat bahwa mereka adalah satu dengan keberagamannya. Rakyat ASEAN perlu memiliki indentitas dan visi yang sama pula, jelasnya. “Memang ini sangat relevan dengan fungsi keketuaan kita di ASEAN pada tahun 2011 yang lalu, yakni melibatkan masyarakat sehingga mereka merasakan kepemilikan terhadap ASEAN.Karena, dan seiring dengan pembentukan Komunitas ASEAN 2015 sudah saatnya para diplomat ke luar dari sarang mereka, outreaching ke masyarakat agar ASEAN itu tidak dituduh kegiatan elitis semata,”, katanya. ”Ini perlu kita bahasakan dalam konteks sosial. Makanya, kami tidak lupa untuk mengadakan kegiatan seperti festival kulinari dan bahkan festival music rock ASEAN,” kata diplomat senior itu.

“Bersama teman-teman tokoh sosial media, kita telah membentuk apa yang dikenal sekarang sebagai ASEAN Blogger Community pada tahun lalu. Untuk pertama kalinya pula para blogger se ASEAN mengadakan konperensi pertama di Bali, bertepatan dengan penyelenggaraan KTT pada bulan Nopember yang lalu,” ujar Djauhari.

Bagi Djauhari sebagai pendatang dari daerah, putera seorang tokoh masyarakat terpandang di Maluku maka mengurus masyarakat adalah menjadi keseharian. Dia tidak sungkan bergaul dengan siapa saja, mendengarkan keluhan dan memberikan nasehatnya. Meskipun dia berdarah Maluku, Djauhari dikenal teman-temannya sebagai diplomat beremosi rendah dan tidak gampang panik meskipun nature pekerjaannya adakalanya tegang, terutama berkaitan dengan negosiasi pada hal-hal krusial. Ini tampaknya memainkan peranan kunci keberhasilannya mengelola hubungan antar-negara, termasuk di kalangan ASEAN, oleh ayah dengan 3 anak yang telah dewasa ini.

Menjelang keberangkatannya ke Rusia, Djauhari menyatakan telah siap. “Saya ingin segera memulai mengerjakan mandat baru ini. Saya menemukan kegairahan dan semangat untuk mendorong peningkatan kerjasama ekonomi. “Ini saya temukan setelah membaca berbagai dokumen dan potret hubungan antara kedua negara yang memiliki ruang sangat besar”, katanya.

Sebagai diplomat yang selalu tinggal di negeri 4 musim tentu Djauhari sudah terbiasa dan mampu menyesuaikan diri. Udara minus yang ekstrem juga pernah dialaminya di berbagai negara di belahan utara ini.
“Ada persiapan khusus?” Dia tersenyum dan menjelaskan dia dan isteri, Elsiwi Handayani yang berdarah Jawa, sudah mulai belajar berbahasa Rusia yang sederhana. Dia menyadari ‘air’ tempat dia bertugas untuk 3 tahun ke depan ini sangat berbeda, baik budaya, kultur dan kondisinya. Dan ‘air’ itu tidak berada dalam sebuah kolam atau danau, tetapi adalah samudera yang luas, bagaimana menerjemahkan hubungan kemitraan strategis ke dalam arti-arti konkret
*sumber: aseanblogger 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar