Duta Reggae Indonesia Ras Muhamad Goncang Ethiopia
Selasa, 15 Mei 2012
Musisi
Reggae yang dikenal sebagai Duta Reggae Indonesia, Ras Muhamad membuat
semua undangan di Wisma duta KBRI Addis Ababa mengikuti alunan dan gaya
reggaenya.
Pada “Inauguration of Indonesia Langugae Class and welcoming the Reggae
Ambassador” Ras Muhamad berkolaborasi dengan musisi reggae setempat
dengan menampilkan lagu-lagu yang bernuansa reggae yang mengundang para
tamu untuk bergoyang bersama mengikuti alunan khas musik reggae.
Dalam sambutannya pada kegiatan tersebut Dubes RI Addis Ababa, Ramli
Saud mengatakan bahwa peresmian ini merupakan rangkaian awal untuk
memperkenalkan budaya Indonesia dalam hal ini “bahasa” kepada masyarakat
Ethiopia dengan harapan semua anggota friends of Indonesia bisa
berbahasa Indonesia, paling tidak sebagai langkah awal mampu dan
mengerti bahasa sehari-hari seperti selamat pagi, terima kasih dll.
Dubes Ramli Saud juga memperkenalkan musisi Ras Muhamad sebagai Duta
Reggae Indonesia kepada seluruh undangan.
Pada kesempatan yang sama Dubes Ramli Saud diwawancarai oleh beberapa
media cetak dan televisi; Ethiopian Television 1 (ETV1), koran harian
Ethiopian Herald dan koran mingguan Media and Communication
Center-Reporter. Dalam wawancara tersebut Dubes Ramli Saud menyampaikan
bahwa kegiatan ini bersifat social gathering yang bertujuan untuk lebih
meningkatkan hubungan people to people contact, dan pengenalan budaya
antar kedua negara.
Diplomat Paripurna Yang Gaul
Di kamar kerjanya di lantai 2 Gedung Utama itu Djauhari Oratmangun masih
berkantor. Sebagai Direktur Jenderal Kerjasama ASEAN dia baru saja
menyelesaikan tugas berat membantu Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa
merumuskan berbagai ide-ide orisinal dan strategi Indonesia untuk
mencapainya, dalam masa keketuaan Indonesia di ASEAN pada tahun 2011.
Bersamaan dengan berakhirnya keketuaan Indonesia, Djauhari pun dilantik
oleh Presiden SBY untuk tugas baru yang cukup menantang: Duta Besar RI
untuk Federasi Rusia dan Belarus. Dia sudah bersiap akan berangkat ke
medan tugas, pada akhir Januari ini.
Di kamar kerjanya, masih tergantung poster berukuran besar Djauhari
berkacamata hitam bak seorang pemusik rock sedang memainkan gitar dalam
ASEAN Youth-Cultural Exhange Festival 2011 yang menampilkan 10 group
musik pop rock yang berasal dari negara anggota ASEAN. Dia bukan saja pemusik, tetapi juga senang menyanyi, mengunjungi
teman-temannya di berbagai tempat dan profesi. Kulinari berbagai makanan
daerah menjadi kesukaannya. Apa pengalaman menarik selaku Dirjen Kerjasama ASEAN Kemlu dalam pelaksanaan keketuaan Indonesia di ASEAN?
Dia memang menghabiskan terbesar waktunya dalam memimpin berbagai
pertemuan dan negosiasi ASEAN yang adakalanya menyertakan banyak
delegasi dari berbagai instansi RI. Sering pada akhir pekan dia tidak
bersama keluarga tercinta, tetapi dihabiskan dalam mencarikan jalan
keluar permasalahan sulit untuk menyatukan langkah 10 negara anggota
ASEAN. Maka, Djauhari merujuk pada pengalaman ketika mengorganisir festival
music rock se ASEAN, dan dia juga tampil seperti terlihat dalam poster
besar di kamar kerjanya. Itu acara ASEAN Youth-Cultural Exchange
Festival 2011″ yang diselenggarakan pada tanggal 1 Mei 2011 di Backstage
Beach Concert, Ancol, Jakarta. Menurutnya, konser musik membantu menjadi wadah pemersatu pemuda
ASEAN karena musik mempunyai sifat yang universal dan lebih cepat
menyampaikan pesan kepada masyarakat ASEAN. “Melalui musik, melalui
konser bersama itu, kita merekatkan kebersamaan sesama kaum muda di
seluruh Negara anggota ASEAN di bidang musik yang pada gilirannya mereka
bisa menyampaikan hal ini juga kepada penggemar-penggemar mereka di
sana”, kata Djauhari. Lebih jauh, Djauhari Oratmangun menegaskan bahwa pemerintah Indonesia
memandang penting untuk merangkul golongan muda dalam pembangunan
komunitas ASEAN karena golongan inilah yang akan mewarisi dan
mengembangkan arsitektur kawasan ASEAN ke depan.
Jabatan resminya sebagai dirjen itu bakal ditinggalkannya pada akhir
Januari ini karena akan segera menuju posnya di Kedutaan Besar RI untuk
Federasi Rusia di Moskow. Dirjen merupakan jabatan karir struktural
tertinggi, dan duta besar menjadi gelar tertinggi profesi diplomat.
Sebagai PNS, itu merupakan idaman yang pantas diimpikan meskipun tidak
semua pegawai bisa mencapainya.
Djauhari menjadi diplomat paripurna karena gampang bergaul. Dia
memiliki jaringan pertemanan yang luar biasa luasnya, dari berbagai
kalangan dan tingkatan, di dalam maupun di luar negeri. Bergaul juga
sangat penting bagi diplomat, katanya. “Dengan bergaul di berbagai
kalangan, maka kita mendengar degup jantung bangsa, aspirasinya,
cita-citanya,” ujarnya mantap. Diplomat itu representasi bangsa, dan
berjuang melalui diplomasi untuk kepentingan bangsanya.
Dalam dunia yang kian menipis batasnya, diplomasi telah melepas
sekat-sekat yang tidak perlu. Diplomasi dengan demikian bukan hanya
domain pemerintah, semua pemangku kepentingan diundang untuk
urun-rembug, ujar sang dubes designate itu.
Ketika kami bertemu di kantornya, Djauhari baru saja kembali dari
Manado untuk pertemuan forum pariwisata ASEAN dan dengan senang menerima
IRNews untuk wawancara, Jumat (20/1). Meskipun tampak lelah, dari
pertemuan untuk menggalang kerjasama industri pariwisata yang dihadiri
menteri, pengusaha biro perjalanan, hotel, dan restoran ASEAN, tetapi
lelaki berbadan kekar ini tampak senang bercerita tentang tugasnya yang
baru.
Djauhari sudah malang-melintang bertugas sebagai diplomat yang
memulai karirnya dengan penugasan di Perutusan Tetap RI untuk PBB di
Geneva, di mana dia mulai mengenal seni berdiplomasi dan substansi
perdagangan internasional. Di WTO Geneva itu dia langsung berkecimpung
dalam tugas negosiasi multilateral. Acapkali Djauhari mau membagi
perspektifnya dalam kaitan pembentukan badan multilateral yang mengatur
perdagangan dunia.
Dia memang rajin menulis artikel di berbagai media seperti Kompas,
Jakarta Post, dan majalah berkala lainnya. Diplomasi multilateral
merupakan domain Djauhari. Bak seekor ikan, maka diplomasi multilateral
adalah air bagi putera Maluku kelahiran Sangihe Talaud, Sulawesi Utara,
22 Juli 1957 itu. Dengan berbagai latar-belakang perundingan
multilateral di Geneva maupun New York dia piawai memimpin negosiasi
ASEAN.Meskipun ASEAN merupakan organisasi sub-regional tetapi carakerjanya
sama dengan diplomasi multilateral, atau yang disebut sebagai conference
diplomacy, atau diplomasi yang dijalankan melalui medium konperensi.
Di Moskow, bakal tempat tugasnya yang baru, Djauhari akan mengurusi
hubungan bilateral. Tetapi, nature pekerjaan di Moskow itu tidak
terlepas dari isu-isu yang dibahas di fora multilateral, semata-mata
karena Rusia tetap menjadi pemain penting di dunia, baik dalam isu
politik, perlucutan senjata dan keamanan internasional. Rusia sebagai
salah satu anggota-tetap Dewan Keamanan PBB, memiliki perspektif
tersendiri dalam percaturan politik internasional di Eropa maupun dalam
tataran dunia. Pastilah Djauhari sangat memahami posisi Rusia dalam
kaitan berbagai isu internasional.
Dalam kaitan ini, Indonesia yang terletak di posisi istimewa di Asia
Tenggara, yang menjadi salah satu pemain penting dalam percaturan
politik maupun ekonomi di Asia Pasifik dari dulu aktif dalam kiprah
diplomasi multilateral. “Di samping untuk kerjasama di fora
internasional dalam era multipolar ini, kerjasama antar-kawasan juga
mampu menyumbang pemerkuatan hubungan dan persahabatan strategis antara
kedua Negara kita,” kata Djauhari.
Karena familiar dengan berbagai isu-isu multilateral, maka tidak
sulit bagi Djauhari untuk memahami bagaimana pengembangan dialog dan
kerjasama antara kedua negara di fora internasional. Lagipula, substansi
kurang lebih sama, hanya formatnya yang berbeda, kata diplomat piawai
itu.
Karena itu, Djauhari bercerita lebih banyak menekankan peningkatan
kerjasama bilateral. Menurutnya, ruang untuk peningkatan kerjasama ini
berdimensi luas sekali. “Masih banyak yang perlu kita garap di sini,
terutama berkaitan dengan isu-isu kerjasama ekonomi,” katanya.
Pada pertemuan kami kali itu, Djauhari lebih banyak bercerita tentang
hal-hal yang non-substantif, yaitu kehidupan diplomat dalam kaitan
masyarakat. Menurut Djauhari, pada saat terbentuk Komunitas ASEAN 2015,
tidak saja 10 negara ASEAN akan menjadi suatu komunitas ekonomi, tetapi
pada saat bersamaan adalah komunitas politik yang memiliki parameter
keamanan yang kurang lebih berada dalam satu platform.
Selanjutnya, sebagai basis organisasi ASEAN perlu mengikat sentimen
di kalangan rakyat bahwa mereka adalah satu dengan keberagamannya.
Rakyat ASEAN perlu memiliki indentitas dan visi yang sama pula,
jelasnya. “Memang ini sangat relevan dengan fungsi keketuaan kita di
ASEAN pada tahun 2011 yang lalu, yakni melibatkan masyarakat sehingga
mereka merasakan kepemilikan terhadap ASEAN.Karena, dan seiring dengan pembentukan Komunitas ASEAN 2015 sudah
saatnya para diplomat ke luar dari sarang mereka, outreaching ke
masyarakat agar ASEAN itu tidak dituduh kegiatan elitis semata,”,
katanya. ”Ini perlu kita bahasakan dalam konteks sosial. Makanya, kami
tidak lupa untuk mengadakan kegiatan seperti festival kulinari dan
bahkan festival music rock ASEAN,” kata diplomat senior itu.
“Bersama teman-teman tokoh sosial media, kita telah membentuk apa
yang dikenal sekarang sebagai ASEAN Blogger Community pada tahun lalu.
Untuk pertama kalinya pula para blogger se ASEAN mengadakan konperensi
pertama di Bali, bertepatan dengan penyelenggaraan KTT pada bulan
Nopember yang lalu,” ujar Djauhari.
Bagi Djauhari sebagai pendatang dari daerah, putera seorang tokoh
masyarakat terpandang di Maluku maka mengurus masyarakat adalah menjadi
keseharian. Dia tidak sungkan bergaul dengan siapa saja, mendengarkan
keluhan dan memberikan nasehatnya. Meskipun dia berdarah Maluku, Djauhari dikenal teman-temannya sebagai
diplomat beremosi rendah dan tidak gampang panik meskipun nature
pekerjaannya adakalanya tegang, terutama berkaitan dengan negosiasi pada
hal-hal krusial. Ini tampaknya memainkan peranan kunci keberhasilannya
mengelola hubungan antar-negara, termasuk di kalangan ASEAN, oleh ayah
dengan 3 anak yang telah dewasa ini.
Menjelang keberangkatannya ke Rusia, Djauhari menyatakan telah siap.
“Saya ingin segera memulai mengerjakan mandat baru ini. Saya menemukan
kegairahan dan semangat untuk mendorong peningkatan kerjasama ekonomi.
“Ini saya temukan setelah membaca berbagai dokumen dan potret hubungan
antara kedua negara yang memiliki ruang sangat besar”, katanya.
Sebagai diplomat yang selalu tinggal di negeri 4 musim tentu Djauhari
sudah terbiasa dan mampu menyesuaikan diri. Udara minus yang ekstrem
juga pernah dialaminya di berbagai negara di belahan utara ini.
“Ada persiapan khusus?” Dia tersenyum dan menjelaskan dia dan isteri,
Elsiwi Handayani yang berdarah Jawa, sudah mulai belajar berbahasa
Rusia yang sederhana. Dia menyadari ‘air’ tempat dia bertugas untuk 3
tahun ke depan ini sangat berbeda, baik budaya, kultur dan kondisinya.
Dan ‘air’ itu tidak berada dalam sebuah kolam atau danau, tetapi adalah
samudera yang luas, bagaimana menerjemahkan hubungan kemitraan strategis
ke dalam arti-arti konkret
*sumber: aseanblogger
*sumber: aseanblogger
Tidak ada komentar:
Posting Komentar