Di Asia Timur, Singapura dan Hong Kong mendapat predikat wilayah yang paling bebas korupsi.
Keduanya pernah menjadi koloni Inggris, tapi
sementara Singapura menjadi negara berdaulat, Hong Kong masih menjadi
bagian dari Cina.
Dengan penyerahan kembali Hong Kong ke Cina pada 1997, semakin banyak interaksi dengan pemerintah pusat di Beijing dan situasi ini menciptakan peluang untuk menyebarkan pengalaman kota itu membasmi korupsi ke kawasan-kawasan lain di seluruh Cina.
Pada saat yang bersamaan, interaksi ini juga menjadi ancaman terhadap reputasi Hong Kong.
Organisasi antikorupsi Cina, Komisi Independen Antikorupsi (ICAC), dipaksa menyelidiki mantan ketuanya sendiri setelah audit menunjukkan bahwa dua makan malam yang ia adakan melampaui batas tanggungan biaya ramah tamah, yaitu HK$450 (Rp550 ribu) per orang.
Kasus itu terjadi di bawah kepemimpinan Timothy Tong, yang mundur sebagai komisioner ICAC pada Juli 2012.
Detail berikutnya yang muncul menunjukkan bagaimana Tong menghabiskan uang publik untuk pesta dan membeli hadiah, termasuk untuk Cao Jianming, pejabat senior bidang hukum di Cina.
Hal yang lebih parah adalah ketika Tong ditunjuk sebagai anggota badan pembina politik Cina, Konferensi Konsultatif Politik Rakyat Cina, setelah ia pensiun dari ICAC.
Kritikus menuduh Tong menghabiskan uang publik untuk kepentingan politiknya sendiri, sesuatu yang dibantah olehnya.
Ia kini diselidiki oleh ICAC dan skandal itu membuat banyak orang bertanya apakah budaya korupsi Cina telah menyusupi Hong Kong.
"Uang rakyat"
"Beijing sangat prihatin dan mereka tidak ingin ICAC jatuh. " Stephen Char, Eks Pejabat ICAC
Revolusi antikorupsi Hong Kong dimulai 40 tahun
lalu, pada Juni 1973, ketika Peter Fitzroy Godber, seorang petugas
polisi senior, menghindari investigasi asetnya dengan melarikan diri ke
Inggris.
Hal itu memicu kemarahan publik. Masyarakat
berunjuk rasa menuntut ekstradisinya dan hubungan antara masyarakat Hong
Kong dan pemerintah Inggris memburuk.
Untuk menyelamatkan kredibilitas Hong Kong, Gubernur Sir Murray MacLehose mengumumkan pendirian ICAC.
Komisi itu memulai tugas pada 1974 dan membawa Godber kembali ke Hong Kong. Ia akhirnya dipenjara selama empat tahun.
Sejak saat itu ICAC memainkan peran penting.
Hakim Stephen Char, yang telah bekerja di sana
selama 28 tahun, mengatakan ICAC sukses menegakkan hukum, melakukan
tindak pencegahan, dan mendidik masyarakat.
Tidak heran bila sejumlah pemerintahan di luar negeri, dan juga anggota pemerintahan Beijing, meminta saran ICAC.
Profesor Tsao King-kwun dari Universitas Cina
Hong Kong yang memiliki spesialisasi di bidang antikorupsi, yakin bahwa
korupsi antara lain berasal dari budaya tradisional Cina.
"Secara konvensional, pejabat Cina akan
berpikir, 'Anda adalah tamu, jadi saya harus menjamu Anda sebaik
mungkin, memberi Anda makan yang enak, membuat Anda merasa nyaman.' Hal
itu adalah sopan santun," jelas Tsao.
"Mereka tidak punya prinsip Barat bahwa bisnis
adalah bisnis, bahwa ini adalah uang publik dan Anda tidak seharusnya
menggunakannya untuk hal yang salah," kata dia.
Stephen Char mengatakan meski Hong Kong tercoreng dengan kasus Timothy Tong, ia masih memiliki keyakinan pada sistem.
"Banyak komisioner datang dan pergi, ia (Timothy Tong) adalah satu-satunya yang bermasalah," tambahnya.
"Jika Anda bertanya apakah ini asimilasi budaya,
saya akan mengatakan: Jika ia sedikit saja lebih disiplin, tidak akan
ada masalah yang muncul."
"Dinding api"
Tiga divisi utama ICAC
- Departemen operasi menyelidiki dugaan korupsi
- Departemen pencegahan korupsi melakukan audit terhadap lembaga pemerintahan
- Departemen hubungan masyarakat mendidik publik akan korupsi
Contoh lain terjadi pada 2006. Saat itu, seorang profesor dari
Universitas Kota Hong Kong, ditawari HK$10.000 oleh seorang mahasiswa
Cina untuk memberikan jawaban ujian tertulis.
Profesor yang juga berasal dari Cina itu melaporkan mahasiswa ke ICAC.
Kasus terbaru adalah, seorang pedagang lintas
batas dan tiga pengawas toko dipenjara dan didenda karena mengurangi
jumlah pasokan susu formula bayi kalengan untuk diekspor ke Cina, di
mana permintaan tinggi, setelah investigasi yang melibatkan ICAC.
Tsao mengatakan salah satu masalah pemberantasan
korupsi di Hong Kong adalah terlalu cepatnya integrasi kawasan ini
dengan Beijing.
"Tapi kuncinya adalah apakah kita memiliki dasar yang solid, semacam 'tembok api' untuk melawan dingin," kata dia.
Tentu saja, kota itu tidak sepenuhnya bebas korupsi.
Pada bulan Juli 2012, Menteri Pengembangan Hong
Kong, Mak Chai-kwong, dipaksa mundur kurang dari dua minggu setelah ia
memulai masa jabatannya, dalam kasus penggelapan dana rumah. Ia telah
divonis.
Namun terlepas dari hal itu, masa depan ICAC dan
budaya antikorupsi Hong Kong akan menjadi daya tarik bagi Cina dalam
beberapa tahun mendatang.
"Setelah skandal Timothy Tong, saya mendapatkan
informasi bahwa Beijing sangat prihatin, dan mereka tidak ingin melihat
ICAC jatuh," kata Char, yang juga anggota partai politik prodemokrasi.
"Negara kita terlalu besar. Ada terlalu banyak
orang. Kami butuh fondasi untuk membawa negara ini maju, dan fondasi itu
adalah hukum, di mana semua orang melakukan tindakan sesuai hukum,"
katanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar