TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA — Tukang jagal di Blok G
Tanah Abang, yang kini menempati lahan bekas PD Dharma Jaya, menyatakan
menolak direlokasi ke tempat yang tidak mereka minta. Jika ada
pemaksaan, mereka siap mengantisipasi hal tersebut.
"Tanggal 11 dia mau bersihin kali got. Ada kemungkinan dia tutup
kandang kita. Jadi, kita antisipasi," kata pengelola rumah jagal, Ali
Djawas.
Menurut Ali, penduduk asli Tanah Abang tidak bisa dihadapi dengan cara-cara kasar. Pendekatan seharusnya bisa dilakukan secara musyawarah dan warga diajak berembuk. Namun, jika dengan keputusan sepihak mengirim surat pengosongan dan
ada rencana penertiban, Ali khawatir kejadian yang tidak diinginkan
terjadi.
"Anak-anak saya sudah ngomong, kita siapin senjata. Ini repot ini.
Bakalan peristiwa kayak Priok. Jadi, skenario siapa nih, yang mau
benturin pedagang kambing sama aparat. Saya yakin (bakal ada) benturan
karena ini urusan perut," ujar Ali.
"Kalau masalah perut, bisa bunuh-bunuhan. Kalau anak-anak enggak bisa
disalahin karena dia pegang pisau tiap hari. Bukan ada rencana,"
lanjutnya.
Ali sebetulnya ingin diberi kesempatan berbicara kepada Gubernur DKI
Jakarta Joko Widodo, atau wakilnya, Basuki Tjahaja Purnama. Sayangnya,
Jokowi yang berkunjung sore itu ke Blok G Tanah Abang tak sempat mampir ke RPH Ali.
"(Kalau ketemu) saya mau minta penampungan, di antara tiga itu yang
saya mintakan. Pokoknya selain itu, saya enggak mau," ujarnya lagi.
Tiga alternatif lokasi yang diusulkan Ali ialah lahan milik PT KAI
yang kini digunakan sebagai lapangan parkir truk, kemudian lahan di
belakang Museum Tekstil dan lokasi ketiga terletak di Jalan Sabeni,
Tanah Abang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar