Minggu, 14 Juli 2013

Diplomasi Kambing

     Ini bukan cerita mengada-ada atau ejekan, sindiran apalagi bermaksud untuk merendahkan misi dari suatu diplomasi, tapi yang saya tulis adalah fakta, bahwa kambing bisa 'merukunkan' hubungan diplomatik.
       Sore hari pukul 14.30, aku dipanggil Dubes. Setelah dipersilahkan duduk, dubes lalu berbicara:
"Kamu mau gak saya kasih tugas cari kambing.?" Setengah tak percaya, juga terheran-heran tetapi ini yang berbicara adalah Dubes berarti ini adalah serius, tugas terbayang di depan mata.
"24 jam saya siap, siap menerima tugas pak!" Jawab saya cepat. Sejenak saya teringat sewaktu bertugas di KBRI New Delhi, biasanya tugas tetap adalah mencap/menstempel kiriman 'bag' ke Jakarta. Saya diberi wewenang (sewaktu di New Delhi) untuk menstempel semua surat-surat diplomatik pouch, dokumen dan lalu menyimpannya dengan rapih. Tapi kambing? pikir saya. Berjas, berdasi lengkap dan keren dengan membawa mobil dinas CD, cari kambing? O ala...tetapi tugas adalah tugas.

     "Bagus, sekarang kamu boleh pakai mobil dinas yang mana saja, asal jangan CD-1" kata Dubes. "Dan jangan lupa untuk membawa seorang haji untuk menyembelih kambing tersebut. Tempat pembelian hewannya ada di San Bernando, ingat itu." Sambung dubes. "Kapan pak berangkatnya? saya harus ganti pakaian dulu" pinta saya.
     "Gak usah ganti pakaian. Pakai jas dan dasi aja biar telihat necis dan dihormati." Cegah Dubes. Terpaksa, apa boleh buat perintah harus dilaksanakan apa pun bentuk dan caranya.
     "Kalau boleh tahu berapa ekor kambing yang kita beli pak?" tanya saya memastikan.
"Lho kamu kan tahu Idul Fitri tinggal 4 hari lagi. Biar tamu-tamu kita dari Malaysia mau makan. Selama ini mereka kalau kita undang makan malam, mereka tidak pernah mau makan daging dan gulai kita." Ucap Dubes terdengar aneh. Apa iya begitu? pikir saya.
"Mereka tahu kamu sering Jum'atan dengan mereka, jadi nanti saya kasih tahu kalau yang cari kambing itu adalah kamu," lanjut Dubes.
     Barulah saya sadar bahwa tugas ini adalah semata tugas untuk menyenangkan orang. Saya pun meluncur dengan menggunakan mobil CD-2 ke San Bernando bersama Roul Calderon (supir) dan Haji dari masjid di Nunoa (baca: Nyunyoa), satu-satunya masjid di Chile.
     Memang benar kami mendapat kehormatan. Tempat parkir kami telah disediakan di tempat khusus dan ditunggu wakil direksi serta petugas sekuriti lengkap.
     Begitu pintu gerbang dibuka, tampaklah bergelantungan sapi-sapi tanpa kulit dan kepala. Darah tampak menetes di ubin. Kemudian dengan dipandu oleh seorang satpam, kami diajak kelapangan. Ribuan sapi, kerbau, kambing dan babi tampak siap untuk disembelih.
     Sesampai di tempat pemotongan kambing, saya betul-betul kagum dan hormat kepada orang Chile, sebab seperti diketahui mayoritas penduduk Chile 95% adalah Katolik, namun ditempat pemotongan hewan mereka menyediakan orang muslim (musulman), yang khusus melayani orang-orang Islam yang membeli hewan disana dan dipotong ditempat. Haji Ibrahim yang turut serta dengan saya pun bangga, bahwa ada orang yang Islam yang ditugaskan di pemotongan hewan. Selesai dipotong dan dikuliti serta dipotong kecil-kecil sesuai dengan permintaan juru masak Wisma saya lalu menyodorkan uang sebesar 18.000 pesos sebagai ucapan terima kasih kepada Haji Ibrahim namun pemberian saya ditolak. Luar biasa!
     Singkat cerita, Idul Fitri telah usai. Saya kembali bekerja seperti biasa tanpa pernah memikirkan lagi sepatuku yang penuh dengan bercak darah kambing, pakaian perlente yang saya pakai ke tempat pemotongan hewan.
Tiba-tiba telpon berdering, saya diminta menghadap Dubes. Biasa mungkin itu tugas rutin, periksa barang-barang atau perlengkapan kantor dan keperluan untuk wisma. Tetapi dugaan saya ternyata meleset.
     "Kamu tahu, waktu tamu-tamu diundang makan malam di Wisma?" tanya Dubes.
"Tahu pak, kan saya diberi tugas untuk bagian pengamanan," jawab saya.
"Ketemu gak sama orang-orang Malaysia?" tanya Dubes lagi lebih menyelidik.
"Ketemu pak, tapi saya tidak sempat memperhatikan dan ngobrol-ngobrol dan tamunya banyak sekali dan keamanan wisma perlu diperhatikan," jawab saya.
"Kerja kamu memang bagus. Tapi ada satu tugas yang membuat saya senang...." kata Dubes memuji saya.
"Maksud Bapak....?"
"Mereka tahu (Orang Malaysia) kalau yang cari kambing itu kamu. Dan setiap Jum'atan mereka ketemu kamu dan salaman."
"Karena muslim disini sedikit jadi wajarlah pak bila kami sering bertemu dan salaman begitu selesai sholat jum'at" jawab apa adanya.
"Bukan begitu maksud saya, mereka mau makan dan betul-betul suka, sampai semua gulai kambing, daging sapi goreng dan sate semuanya ludes. Misi kita kali ini betul-betul sukses berkat kamu dan pergaulan kamu." puji Dubes. Saya diam saja mendengar pujian Dubes karena dasarnya saya bekerja  atas perintah beliau juga, dan saya tidak tersanjung mendengar pujian beliau.
"Jadi misi kita bukan hanya sekedar misi diplomatik saja tetapi juga 'faktor eksternal' juga perlu diperhatikan dan dikembangkan." jawab saya.
"Betul sekali, juga jangan lupa berkat kerja kamu misi kita berhasil, mereka kenyang, kita senang. Terima kasih ya." Ucap Dubes.
"Semua ini berkat Pak Dubes juga yang telah mempercayai saya. Jadi misi yang sebenarnya misi bapak Dubes juga," kata saya menjelaskan.
"Sekali lagi terima kasih. Saya atas nama Wisma Duta sangat bangga atas kerja keras kamu."
"Terima kasih pak Dubes," jawabku, lalu saya pergi menuju ke ruang kerja di lantai bawah.
     Memang tugas yang diemban diplomat itu bukan sekedar berdiplomasi saja, tapi harus berani dan percaya diri, kalau perlu harus siap menghadapi persona non grata dengan penuh kebanggan, kalau kita dipihak yang benar. Begitu juga yang berstatus non diplomat, jangan rendah diri, rendah hati boleh, tapi rendah diri itu bodoh. Terimalah tugas dengan penuh suka cita dan riang gembira, sekalipun itu tugas di luar dinas atau di luar jam kerja. Semua pejabat dan staf perwakilan tahu bahwa mereka bekerja / bertugas 24 jam, jadi bersiaplah kita jika Keppri memberi tugas, sekali pun kita berada dirumah sedang tertidur lelap.
     Semoga tulisan dapat menjadi inspirasi dan dibaca oleh rekan-rekan baik diplomat atau non-diplomat yang sekarang masih bertugas di Perwakilan.

-----Syamsuri Amat: Pensiunan Kemlu-----



 
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar