Hoe laat is het? adalah cara orang Belanda bertanya "jam berapa" dalam bahasanya. Secara harapiah kata-kta tersebut kira-kira berbunyi "berapa lambat sekarang ini?" Yang ingin disampaikan di sini adalah kata "lambat". Mengapa orang Belanda menggunakan kata 'lambat' untuk menanyakan waktu. Orang Inggris bertanya "what time is it?" atau kadang-kadang: "what is the hour?"; orang Jerman: "wieviel ulure ist es?', orang Perancis: "Quelle heure cest il?", dan orang Spanyol "Que ora es?" jadi kebanyakan bangsa-bangsa tetangga Belanda menggunakan kata "hour" atau "heure" atau sebangsanya (Mojang Priangan bertanya dengan cara yang unik pula: "Tabuh seberapa ayeuna?")
Barangkali kata tersebut memantulkan sifat orang Belanda yang selalu khawatir akan terlambat. Diatidak ingin terlambat jika datang pada suatu undangan. Dia tidak ingin terlambat datang ke kekantor. Dia tidak ingin terlambat dalam menyelesaikan laporan untuk perusahaannya dan segainya. Dia (amat) menghargai waktu. Inilah salah satu etos kerja mereka. Sebaliknya, dia tentu menganggap orang lain memiliki sikap yang serupa terhadap waktu sebagaimana mereka. Dia akan akan menunggu tamunya pada waktu yang telah disepakati atau ditetapkan. Barnagkali sikap disiplin waktu ini pantas untuk ditiru dari orang-orang Belanda, mantan penguasa di Nusantara. (Saya percaya, orang kita pun menghargai waktu. Kalau seorang pegawai negeri datang terlambatke kantor, biasanya disebabkan oleh masalah transport yang terutama di ibukota/kota besar lainnya sudah kronis. Tentu saja ditambah kurang tegasnya pelaksanaan sanksi). Tetapi pada perusahaan yang profesional biasanya, kasus kronis ini lebih sedikit terjadi. Hanya tampaknya orang kita senang menunda apa yang bisa diselesaikan hari ini. "Besok sajalah, kan masih ada hari....".
Memang tidak ada bukti yang jelas adanya kolerasi antara disiplin waktu suatu bngsa dengan kemajuan dalam kehidupan bangsa itu. Tetapi kenyataannya meski penduduknya relatif sedikit dan luas negerinya hanya 33.580 Km2, diabad-abad 16, 17 dan 18 dia mampu berlomba bersaing dengan bangsa-bangsa Inggris, Spanyol dan Portugis dalam mencari tanah jajahan di belahan dunia lain. Juga dari "de Moederland" (tanah ibunda), begitu orang Belanda menyebut tanah kelahirannya, lahir tokoh-tokoh yang terkenal di dunia, Hugo de Groot (Grosius), diakui sebagai 'bapak hukum Internasional' dengan opininya "De Jure Belli ac Pacis", Dedirius Erasmus, pelopor humanisme Kristen di Eropa; Vincent van Gogh, pelukis ekspresionisme; Abel Tasmania sang 'penemu' Selandia Baru dan pulau Tasmania (Australia).
Traktir Ala Belanda
Bagi generasi muda di Indonesia, barangkali kata "traktir a la Belanda" tidak dikenal. Tetapi kamus berbahasa Inggris seperti Oxford Dictionary dan Webster College Dictionary memuat entry beberapa kata dengan ajective Dutch yang umumnya mengejek nadanya: "Dutch-courage", "Dutch -Talk" dan "Dutch Treat, yang terakhir ini artinya mengajak jajan, tetapi bayar sendiri-sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar