Bulan Januari 1985 udara di New Delhi sangat dingin. Musim dingin di India mulai November sampai bulan Maret. Hawa dingin di sana sampai mencapai 1 derajat celcius pada bulan Desember, Januari dan Pebruari.
Sore ini, pukul 16.45 kantor KBRI sudah tutup. Jam kerja hari-hari biasa/musim panas dari pukul 07.30-16-30, tetapi pada musim dingin dari pukul 08.00-16.00. Penulis sedang memeriksa 'Cukidar' alias penjaga keamanan KBRI yang akan berganti shift jaga malam. Tiba-tiba penulis dikejutkan oleh suara Kepala Perwakilan (Kepri) yang biasanya tak pernah 'inspeksi' mendadak seperti ini. "Hai...! Kamu, kemari. Cepat!". Tak disangka-sangka beliau sudah berada di belakang mobil penulis "Siap pak. Ada yang perlu saya bantu?", jawab saya agak tergagap menghadapi teguran seorang Dubes yang berpangkat Jenderal.
"Bantu. Bantu saya. Kamu gak tahu mobil dinas saya diinjak-injak onta?" jawab beliau agak keras. Mendengar jawaban beliau, ingin rasanya saya tertawa namun kalau sampai terlihat beliau, amarahnya akan bertambah meledak dan saya sekuat tenaga harus bisa menahan ketawa. Kalau saja beliau bukan seorang Jenderal, mungkin saya bisa tertawa terbahak-bahak. "Maaf pak Dubes, saya sama sekali belum tahu," jawab saya penuh hormat. Sementara itu saya lihat para Cukidar (satpam) diam saja seperti patung, takut kena semprot. "Sekarang kamu cek ke garasi kemudian kamu lihat kondisi mobil itu dan lalu bawa ke bengkel sekarang juga. Ingat. Sekarang juga!" Mendengar perkataan sekarang juga, saya sangat benar-benar kaget dan khawatir, karena pada musim dingin semua bengkel tutup pukul 16.00.
Apa yang beliau katakan benar. Mobil Mercedez Benz dengan plat 33 CD1 lecet-lecet pada kedua pintu depan, kap depan dan atas serta kaca bentet. Lecet atau goresannya memang sangat parah, bergaris dari atas ke bawah dan panjang pada bagian pintu, sementara pada kap depan memanjang dan atas bulat-bulat. Saya segera menghadap beliau yang sedang bercakap-cakap dengan satpam.
"Lapor pak Dubes. Benar CD1 lecet-lecet di kedua pintu depan, kap mobil depan dan atas serta kaca depan sedikit tergores. Laporan selesai." Lega rasanya sudah melapor.
"Bagus. Sekarang kamu bawa kebengkel. Soal biaya semua kita bayar. Mana KBTU (Kepala Bagian Tata Usaha) mu?" Ternyata beliau juga mencari Kepala Bagian Tata Usaha.
"Sudah pulang pak. Jam kerja hanya sampai pukul 16.00."
"Bagus. Bagus. Lapor sana sama KBTU kamu berapa pun biayanya kita bayar. Kamu tahu?" Kata "bagus" saya kira bukan pujian melainkan sindiran. Masalahnya kata 'sekarang juga' perlu dijelaskan kepada beliau.
"Maaf pak Dubes, mobil baru bisa masuk ke bengkel besok pagi, kira-kira pukul 09.00, sebab......"
"Sebab apa? Apa mau kamu saya kirim kembali ke Pejambon besok?" hardik beliau. Celaka., tamat sudah riwayatku, kalau sampai dipulangkan ke Pejambon mengingat saya baru 8 bulan berada di KBRI kata saya dalam hati. Membela diri adalah kewajiban, tetapi memberi penjelasan mengenai 'bengkel' juga perlu di sampaikan.
"Sekali lagi maaf pak Dubes, saya mohon maaf, terutama mengenai bengkel. Seperti diketahui pada musim dingin semua bengkel di kota ini tutup pukul 16.00 kecuali pada musim panas tutup pada jam 19.00," kata saya. Dubes tak segera menjawab. Beliau seperti berpikir. "Apalagi pembelaan kamu?", tampaknya beliau penasaran.
"Tentang biaya pak. Besok pagi asuransi saya panggil, karena semua mobil dinas KBRI diasuransikan, kemungkinan kita tak akan kena biaya," jawab saya menjawab pertanyaan Dubes. Sedikit saya lihat ada perubahan diwajah dan mata beliau.
"Kamu memang cerdik. Ya sudah kalu begitu. Besok pagi setelah pihak asuransi datang, kamu lapor saya," ucap beliau dengan nada suara normal.
Beliau kembali berjalan menuju ke Wisma Duta dan saya berniat pulang setelah melakukan 'serah terima' jabatan piket dari satpam siang ke satpam malam.
Sebelum saya masuk kedalam mobil tiba-tiba beliau memanggil saya kembali. "Sini mas....kemari." "Siap pak. Ada apa lagi pak Dubes?" jawab saya sambil menghampiri beliau.
"Kamu tahu gak kenapa CD1 sampai diinjak-injak onta?", tanya beliau kepada saya.
"Saya sama sekali belum tahun pak." jawab saya hati-hati, tetapi dalam hati pengen ketawa kok bisa-bisanya mobil dinas Duta Besar diinjak-injak onta.
"Kejadian begini. Kemarin tgl. 26 Januari sewaktu habis menghadiri Hari Ulang Tahun Kemerdekaan India, kami berpapasan dengan pasukan Onta." Beliau berhenti bicara sejenak, kami berjalan di rumput halaman KBRI yang luas kearah Wisma Duta.
"Itu si Piter, supir pilihan kamu berhenti dipinggir jalan melihat pasukan onta berdefile di jalan raya. Tiba-tiba sebuah Bajaj nyelonong masuk kekolong kaki-kaki onta. Tentu saja onta-onta yang kakinya di 'terobos' Bajaj panik dan sebagian berlarian menuju arah mobil kita lalu beberapa ekor diantaranya menginjak-injak mobil CD 1.
"Bapak di dalam kan?" tanya saya.
"Iya benar. Saya agak ketakutan juga, tapi berusaha tetap tenang didalam mobil." jawab beliau."Untunglah Bapak dan Piter selamat dan tidak apa-apa." kata saya bersyukur. Namun sebenarnya hati ini sulit untuk berbohong. Rasanya kepengen ketawa ngakak karena kejadian benar-benar lucu bila dilihat dari cerita Beliau, tetapi saya tetap menahan diri dan berusaha agar terlihat serius dan tidak tertawa.
"Oh ya jangan lupa besok lapor kalau pihak asuransi sudah datang." kata beliau sambil menyalami saya dan berjalan pulang menuju Wisma Duta.
Keesokannya, setelah pihak asuransi melihat kondisi mobil dan memotretnya saya lalu melaporkannya ke Duta Besar. Dalam pembicaraan tersebut saya menangkap, beliau menyadari seolah-olah KBTU tak mau tahu soal mobil dinas beliau yang diinjak-injak onta. Sudah sehari penuh mobil digarasi dan Dubes pakai CD2, dan tak ada reaksi dari KBTU.
Laporan terakhir pada minggu keempat bulan Pebruari 1985, beliau terheran-heran melihat CD1 nya terlihat baru atau gress.
"Ini mobil baru apa mobil lama?." tanya beliau setelah melihat CD1 ada didepan pintu Wisma Duta.
"Mobil lama pak cuma di cat ulang secara oven", jawab saya singkat.
"Luar biasa hasil kerja kamu. Terima kasih ya." ucap beliau menyalami saya. Kemudian beliau dinas luar untuk beberapa hari dengan menggunakan mobil CD1 yang terlihat seperti mobil baru tapi lama.
Sejak itu bila Dubes memerlukan sesuatu saya selalu dipanggil oleh beliau, misalnya mencari tukang masak buat Wisma, penghapusan barang-barang inventaris yg sudah puluhan tahun dan sudah tidak bisa dipakai lagi dan bahkan pernah di 'huni' oleh sekumpulan ular kobra.
Semua apa yang beliau minta saya sanggupi, antara lain bekas garasi yang juga sempat 'disewa' oleh ular kobra dijadikan ruang KOPRI dan Dharma Wanita, kantin dan ruang untuk makan siang.
Apa yang saya kerjakan selalu mendapat by oleh KBTU dan tak ada hambatan. Cuma satu yang mengganjal di benak saya, yaitu kok bisa-bisa CD1 di injak-injak oleh onta.?
(Syamsuri Amat)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar