Rabu, 17 Juli 2013

Nelson Mandela: Diplomasi Pejuang Tangguh, Pemimpin Sejati

"The struggle is my life. I will continue fighting for freedom until the end of my day"

Artikel ini bersumber dari buku otobiografi Nelson Mandela dan beberapa tulisan kawan dekatnya maupun di media masa dan catatan say aselama saya bertugas di Afrika Selatan. Saya beruntung memperoleh pengalaman ketika saya pada tanggal 14 Agustus 1995, tiga bulan setelah menyerahkan surat-surat Kepercayaan, diminta oleh Presiden RM Mandela datang ke kediaman pribadinya di Johannesburg, Afrika Selatan. Pada kesempatan itu saya membawa buku biograpi itu (pemberian dari seorang kawan di New York, dengan maksud untuk memperoleh tanda tangan beliau.) Buku itu ditulis sendiri olehnya sejak tahun 1947 ketika di penjara, naskah pertamanya diselundupkan dari penjara melalui temannya, Walter Sisulu dan Ahmed Khatrada, yang sudah dilepaskan dari penjara lebih dahulu, berjudul "Long Walk to Freedom" yang terdiri 544 halaman, kemudian dilanjutkan setelah keluar penjara. Isinya merupakan kisah kehidupan pribadinya, perjuangannya, kemundurannya, harapan barunya, dan kemenangannya yang membawa rakyat Afrika Selatan bebas dari belenggu apartheid. Tokoh pemimpin dunia yang satu ini gemar berbusana kemeja batik Indonesia (orang afrika selatan menamakannya Madiba Shirt). 
     Beliau terkenal karena kegigihan perjuangannya, kejujurannya, sikapnya yang konsisten, karakter kepemimpinannya, berprikemanusaan yang tinggi sehingga beliau memperoleh hadiah Nobel Perdamaian dalam tahun 1993 bersama F.W. de Klerk lawan perjuangannya dan membebaskannya dari penjara dan bersamanya membentuk Kabinet Goverment of National Unity. Unik memang yang tadinya musuh menjadi kawan. Perjuangan rakyat Afrika Selatan melawan pendatang kulit putih, seperti juga rakyat Indonesia melawan penjajahan Belanda, dilakukan oleh suku-suku penduduk asli Afrika Selatan, sejak orang kulit putih menginjakkan kakinya di benua Afrika bagian Selatan. Pahlawan-pahlawan suku Zulu, Xhosa, Khoikhoi dan lainnya merupakan sumber inspirasi bagi kaum muda generasi berikutnya. Pergerakan politik timbul kemudian didorong oleh makin kejamnya kebijakan pemerintah kulit putih terhadap rakyat kulit hitam Afrika Selatan. Kaum muda merupakan pendorong gerakan ini dengan semboyan Afrika untuk bangsa Afrika.
     Mandela dilahirkan tanggal 18 Juli tahun 1918 di kampung kecil Mveso di tepi sungai Mbashe di Umtata ibu kota distrik Transkei Afrika Selatan. Ketika ia lahir ayahnya menamakan dirinya Rohihlalha. Ia berasal dari suku Xhosa dan nama itu dalam bahasa Xhosa berarti "troublemaker", tidak diceritakan mengapa ia dinamakan begitu. Sedangkan Nelson diperolehnya dari guru sekolah Inggris ketika ia masuk sekolah pada usia 7 tahun, ketentuan di sekolah itu mengharuskan setiap murid mempunyai nama Inggris, karena itu gurunya memberi nama Nelson. Sedangkan Mandela adalah nama yangadiberikan oleh clan suku Xhosa yang dalam lingkungan sukunya disebut Madiba. Nama lengkapnya adalah Nelson Rohihlalha Mandela.
     Pada usia 9 tahun ia kehilangan ayah yang dicintainya, meninggal karena sakit. Ayah Mendela, Gadla Henry Mpakanyiswa adalah kepala desa Mvesco. Setelah ayahnya wafat Mandela diangkat anak oleh kerabatnya kepala suku Thembu Chief Joningtaba Dulinyebo, sejak itu ia masuk dalam keluarga kerajaan Kepala Suku tersebut. Mandela rupanya mempunyai postur dan sifat seperti ayahnya, posturnya tinggi besar dan sifatnya keras kepala, melawan terhadap setiap bentuk ketidak adilan.

Perjalanan Panjang Menuju Kemerdekaan
     Apa sebenarnya yang membuat Mandela terkenal dan kepopulerannya mengalahkan pemimpin dunia yang lain? Marilah kita telusuri riwayatnya hidupnya. Tidak ada yang menonjol dalam kehidupan masa kecilnya, sama seperti anak kecil lainnya.
Riwayat perjuangannya dimulai ketika usianya masih muda, sebagai seorang mahasiswa yang ingin menjadi seorang ahli hukum, tapi juga ingin mengubah kehidupan dan penderitaan kulit hitam yang diperluakukan pemerintah kulit putih sewanang-wenang, ia mulai tergerak untuk berkecimpung dalam politik. Berkat bantuan ayah angkatnya ia memperoleh kesempatan untuk memasuki pendidikan di beberapa Universitas, bahkan masuk University College of Fort Hare, suatu perguruan tinggi "centre of excellence" di Afrika Selatan, terakhir di University of South Africa (UNISA) dan University of Witwatersrand di Johannesburg untuk memperoleh gelar dalam bidang hukum LL..B sesuai dengan cita-citanya, namun gagal. Walaupun demikian ia  dapat berpraktek sebagai pengacara, ia memperoleh sertifikat sebagai pengacara. Obsesinya untuk membantu kulit hitam yang mempunyai kasus dengan pemerintah kulit putih terlaksana, sesudah ia bersama kawan dekatnya Oliver Tambo berhasil membuka kantor pengacara di Johannesburg. Pelajaran politiknya diperoleh dari pergaulannya dengan orang-orang pergerakan dan anggota partai komunis. Ia menjadi seorang aktivis politik yang serius, bergabung dengan organisasi pergerakan ANC (African National Congress) yang sudah berdiri sejak tahun 1912. Dalam organisasi ini karir politiknya maju pesat hingga menduduki jabatan sebagai anggota National Executive Committee dalam waktu relatif singkat dan menjadi Ketua Youth League yang ia bentuk bersama kawan-kawannya. Organisasi ini merupakan "the brain-trust and power-station of the spirit of African Nationalism". Semangat juangnya meningkat ketika pemerintahan kulit putih memberlakukan ketentuan yang membatasi gerak kulit hitam dan kulit berwarna lainnya. Dulu sewaktu ia baru masuk sekolah ia hanya membaca ceritera mengenai kedatangan kulit putih dipimpin oleh Jan Van Riebeeck yang mendarat di Tanjung Harapan (Cape of Good Hope). Tapi kemudian pengetahuan tentang perjuangan rakyat Afrika meningkat maka timbul rasa nasionalisme yang dalam, Nasionalisme Afrika.
     Kepemimpinannya mulai terlihat ketika ia melontarkan gagasan perjuangan dengan kekerasan, untuk mengimbangi lawan yang selalu menumpas gerakan tanpa kekerasan dengan kekerasan. Ia merasa cara perjuangan noviolence (ia mengikuti jejak ajaran Mahatma Gandhi yang pada waktu itu menetap di Afrika Selatan) tidak efektif karena itu ia mengusulkan agar dibentuk organisasi perlawanan bersenjata, mengubah strategi perjuangan yang selama ini dilakukan, terlebih lagi ketika pemerintah kulit putih melakukan kebijakan kekerasan terhadap tindakan damai kulit hitam, India, dan kulit berwarna lainnya dalam menangai masalah 'keamanan'. Ia bukan seorang komunis, karena itu menentang kekerasan seperti yang dilakukan kaum komunis, disamping itu ia menganggap paham komunis adalah barang impor dari luar dan tidak tepat untuk diterapkan di Afrika Selatan. Gagasan Mandela untuk mengubah strategi perlawanan tidak mudah mendapat samabutan dari ANC< karena organisasi ini menentang kekerasan, namun kemudian menyetujui pembentukan kesatuan itu bernama Umkhoto We Size (Tombak Bangsa) disingkat MK. Manela diberi mandat untuk membentuknya. Tetapi sayap militer ini lepas dari ANC. Dipilih tindakan sabotase dalam strategi perlawanannya karena dianggap tidak banyak membawa korban jiwa dan sasarannya adalah infrastruktur yang terkait dengan kegiatan apartheid. Pemogokan besar-besaran terjadi dalam tahun 1946 dilakukan oleh kaum buruh pekerja tambang dan berlangsung seminggu sebanyak 70.000 orang turun ke jalan menuntut kenaikan upah. Peristiwa ini angat mempengaruhi pendangan Mandela. Bukan itu saja ketika pada tahun itu juga pemerintah mengeluarkan undnag-undang pertanahan Asiatic Land Tenure Act membatasi kebebasan bergerak orang India berdagang, tinggal di pemilikan tanah, sikap dan tindakan Mandela makin nyata ketika ia berada di depan. Hal ini membuat ia bertekad bahwa perjuangan yang ia lakukan tidak hanya untuk bangsa Afrika kulit hitam tetapi juga bangsa lain yang berada di Afrika. Afrika adalah milik orang Afrika! Melawan dominasi kulit putih dan dominasi kulit hitam. Ditengah perjuangan yang tengah dilakukan Mandela menghadapi suatu coban yang cukup berat, isterinya Evelyn, menghendaki Mandela tidak meneruskan perjuangannya karena ia masuk agama Jehoval Witness yang netral terhadap politik, disamping itu karena Mandela jarang di rumah, tidak teratur hidupnya, isterinya menghendaki hidup seperti keluarga biasa, Evelyn mengatakan: "Pilih Saya atau ANC?". Disini Mandela menunjukkan ketangguhannya dengan memilih sebagai pejuang, mengutamakan perjuangan diatas segalanya, walaupun ia akan kehilangan istri pertamanya dan keluarganya. Tidak lama setelah itu ia menikah dengan Nomzamo Winnifred Madikizela, atau dikenal dengan nama Winnie yang memiliki sifat pejuang. Ketika Dr. Daniel Malan, Ketua National Party berkuasa dia melancarkan kebijakan apartheid mendudukkan kulit putih lebih tinggi dibanding dengan warga kulit hitam dan lainnya. Tindakan M Dalan makin kejam, kebijakan aegregasi makin diperketat dengan mengeluarkan berbagai peraturan yang rasis. Mandela bersama kawan-kawannya di ANC meencakanan mogok masal yang dilakukan pada tgl. 26 Juni 1948; hari itu dinamakan Freedom Day. Walaupun tidak seperti yang diharapkan, banyak yang tidak mengikuti pemogokan itu, namun dampaknya menyebabkan kekhawatiran pemerintah kulit putih akan kekuatan yang lebih besar lagi dikemudian hari. Walaupun ANC tidak berfaham komunisme, namun ANC memutuskan dapat menerima anggota Partai Komunis masuk ANC tidak berpaham komunisme, namun ANC memutuskan dapat menerima anggota Partai Komunis masuk ANC karena perjuangannya sejalan, walaupun sasarannya berbeda. Paham komunis dilarang pemerintah pada waktu itu.
     Mandela beberapa kali ditahan polisi dan dipenjara karena melakukan tindakan menentang peraturan rasial. Pemerintahan apartheid melakukan penangkapan besar-besaran terhadap anggota pergerakan berdasarkan UU anti Komunisme. Lebih dari 250 orang pendemo, terbanyak adalah pengurus ANC, dijebloskan dalam penjara. Penahanan ini bukan untuk pertama kalinya bagi Mandela, tapi kali ini anggota yang ditahan jumlahnya besar. Proses peradilan memakan waktu lama berlangsung selama 4 tahun, keputusannya semua dibebaskan, tetapi organisasi perjuangan dinyatakan ilegal.
Kelompok pejuang lainnya PAC (Pan African Congress, sempalan dari ANC, anti komunis dan mengutamakan keanggotaannya hanya Afrika kulit hitam, tidak seperti ANC yang terbuka dan non rasialis), melancarkan demonstrasi menentang keharusan mengenakan kartu pas (jalan) bagi Afrikan kulit hitam. Demonstrasi ini dihadapi pemerintah dengan kekerasan yang mengakibatkan orang ditembak mati oleh polisi di Sharpeville (perkampungan orang kulit hitam). Kejadian ini begema hingga ke penjur Afrika dan benua lain. Tindakan keras pemerintahan apartheid mendapat kecaman dari berbagai negara, sementara itu MK belum dapat bergerak karena keterbatasan perlengkapan.
     Pada tahun 1962, Pan African Freedom Movement fo East, Central and South Africa (PAFMECSA) mengadakan kongres di Adis Ababa, Ethiopia dengan mengundan ANC dan Nelson Mandela. Sungguh ajaib, perjalanan yang sangat jauh yang minim sarana transportas ternyata tidak diketahui oleh pemerintahan apartheid, padahal pada waktu itu Mandela tidak mempunyai paspor, hanya secarik kertas keterangan mengenai dirinya bernama samaran David Motsamayi. Perjalanannya tidaklah mudah, namun bisa berlangsung dengan lancar tanpa ada hambatan. Kesempatan itu digunakan Mandela untuk berdiplomasi mengunjungi beberapa negara di sekitarnya. Kemampuan Diplomasi Mandela ditunjukkan pada waktu bertemu dengan pemimpin Afrika yang baru merdeka, sehingga berhasil memperoleh dukungan dan bantuan dana dan senjata. Latihan militer dilakukan Mandela di beberapa negara, seperti Mesir, Ethipia, Aljazair dan negara Afrika lainnya. Mandela juga sempat berkunjung ke London, bertemu dengan ketua Partai Buruh dan Partai Liberal. Namun kegiatan Mandela 'selama bepergian ke luar' akhirnya diketahui oleh polisi, ia ditangkap setelah sekian lama dalam pengejaran polisi dan dijebloskan dalam penjara bersama kawan-kawannya dengan tuduhan melakukan perjalanan keluar negeri tanpa PASPOR, memprovokasi demonstrasi, ia divonis penjara 5 tahun di penjara Pretoria, Rivonia. Penangkapan ini menggemparkan seluruh negeri dan keamanan diperketat. Satu hal yang mengagumkan ialah pada waktu Mandela memasuki ruang sidang ia memakai pakaian tradisional Xhosa, kulit macan tutul. Dengan pakaian itu ia ingin menunjukkan secara simbolis bahwa ia adalah seorang Afrika hitam yang masuk pengadilan kulit putih. Pakaian itu dilarang di kenakan di penjara dengan alasan seorang tahanan harus memakai baju tahanan seperti yang lainnya. Mandela dipaksa untuk melepas baju macan tutulnya. Dari penjara Pretoria ia dipindah ke Robben Island dan baru saja 9 bulan ia menjalani hukumannya, beresama kawan-kawan seperjuangannya ia dibawa kembali ke Pretoria untuk diadili dengan dakwaan berlapis, melakukan sabotase, merekrut para pemuda untuk masuk MK dan persiapan melakukan pemberontakan bersenjata dan menerima bantuan dari negara asing. Pengadilan ini dikenal dengan nama Supreme Court Rivonia menggelar sidang pengadilan The State versus the National High Command and others yang kemudian dikenal the State versus Nelson Mandela and others. Dengan dakwaan ini maka hukuman yang dijatuhkan adalah hukuman MATI. Mandela menganggap pengadilan ini bukanlah pengadilan kriminal tetapi merupakan pengadilan politik karenanya ia akan membelanya dari sudut pandang politik. Dalam pembelaannya Mandela menghantam pemerintahan kulit putih yang menindas rakyat Afrika hitam dan merenggut hak-haknya demi kepentingan dan kenyamanan kulit putih, sedangkan kulit hitam hidup menderita, miskin dan kehilangan hak-hak dhiupnya. Kharisma Mandela dan isi pembelaannya menyentuh hati pendengarnya termasuk Hakim Pengadilan. Pengacara Mandela menyarankan agar beberapa paragraf dari teks pembelaanya dihilangkan karena hakim sudah pasti akan menjatuhkan hukuman mati bila mendengar ucapan itu. Saran itu ditolak oleh mandela dan ia membaca sendiri pembelaanya selama 4 jam dan sebagai pemimpin yang bertanggung jawab. Mendela mengakui apa yang ia lakukan adalah untuk membela rakyatnya yang sudah lama ditindas dan diperlakukan sewenang-wenang, tidak adil.
Pembelaan ini mendapat sambutan luar biasa dari berbagai pihak bahkan Dewan Keamanan PBB mendesak agar Mandela dan kawan-kawannya diberikan pengampunan. Mandela tidak meminta keringanan hukuman walaupun ia akan dihukum mati. Menjelang vonis hukumannya dijtauhkan ia menulis surat kepada London University untuk dapat mengikuti kuliah jarak jauh dan menempuh ujian untuk memperoleh gelar LL.B nya dan ia lulus sebelum vonis dijatuhkan.
Keteguhan mempertahankan keyakinannya sangat kuat. Pesan yang ia sampaikan kepada kawan-kawannya: "no sacrifice was too great in the struggle for freedom".
     Tgl. 12 Juni 1964 vonis dijatuhkan bagi Mandela dan kawan-kawannya. Hakim De Wet pada akhir putusannya mengatakan " I have decided not to impose the supreme penalty ....the sentence in the case of all the accused will be one of life imprisonmen". Vonis keputusan hakim ini diluar ketentuan yang berlaku, yaitu hukuman mati. Di duga hukuman ini dijatuhkan atas tekanan dari luar negeri. Mandela dan teman-temannya kembali ke Robben Island untuk menjalani hukumannya.

Robben Island dan Pollsmore
Pulau yang terletak di Samudera Atlantik yang merupakan bagian dari Afrika bagian Selatan, tidak jauh dari Cape Town ini ditemukan oleh Borolomeu Dias, seorang Portugis yang berlayar ke Afrika Selatan tahun 1488, dan oleh Belanda dan Inggris dipakai untuk tempat singgah dalam perjalanan menuju ke Asia. Pulau itu semula merupakan rumah/sarang anjing laut (Robben-seal), kemudian dipakai untuk tempat pembuangan mereka yang membangkang terhadap penguasa, VOC kemudian Inggris (ketika perang dengan suku Zulu dan Zhosa). Di pulau ini Mandela mendekam paling lama dalam masa tahanannya selama27 tahun dibandingkan dengan di penjara lain.
     Cerita mengenai kehidupan dipenjara hampir sama, kekejaman, penyiksaan, kerja paksa dan perlakuan sewenang-wenang. Tapi yang membedakan pengalaman Mandela adalah lebih banyak penderitaan yang dialaminya selama masa tahanan tersebut daripada kawan-kawan lainnya yang senasib. Tapi penderitaan itu merupakan tempaan baginya, sehingga ia dapat bertahan dan membina karakternya ke arah yang bijaksana, bukan jadi seorang pendendam.
     Suatu contoh: setiap hari Kamis, tahanan diharuskan keluar dari selnya kemudian disuruh membuat saluran di luar halaman penjara sedalam 6 kaki. Kemudian mereka disuruh masuk kedalamnya dan diatas penjaga penjara beramai-ramai mengencingi tahanan, dan setelah selesai mereka disuruh kembali ke Selnya.
      Beberapa tahun kemudian setelah Mandela dilantik menjadi Presiden terpilih ditanya siapa yang akan diundang pada waktu jamuan resmi makan malam, pada kesempatan itu ia katakan "The warders from Robben Island". Pensasihat beliau berkata "You don't have to do that" dan dijawab oleh Mandela "I don't have to be president either". Betul! ternyata Mandela mengundang sipir penjara pada waktu jamuan makan malam. Contoh lainnya, ketika Botha menawarkan akan melepaskan 10 tawanan penting asalkan perlawanan terhadap pemerintah apartheid dihentikan. Mandela mengatakan "Only freeman can negotiate, a prisoner cannot ente into contract". Sementara itu perlawanan MK makin gencar, beberapa objek vital aparat apartheid dapat dibom dan kampanya Free Mandela terjadi dimana-mana, di beberapa negara Afrika sampai ke kondon. Mandela bersama 4 kawan-kawannya dipindahkan ke penjara Pollsmore di semenanjung Cape terletak di sebelah Tenggara Cape Town, setelah 18 tahun mendekam di Robben Islan. Penjara ini lebih baik dari Robben Islan, ruangannya lebih besar, ada ruang kerja dan letaknya di wilayah orang kulit putih tinggal, dekat perkebunan anggur cuma saja kamarnya lembab. Perlakuan terhadap tahanan politik mulai berubah, agak ramah dan rupanya kepindahan Mandela dan kawan-kwannya ini mempunyai maksud lain dari Pemerintah Apartheid. Ternyata memang ada indikasi akan dilakukan pembicaraan antara Pemerintah dan Mandela. Pembicaraan pendahuluan dilakukan dengan Menteri Kehamkiman Kobie Coetsee atas permintaan Mandela, setelah beberapa lama perundingan.
Dari pemerintah Apartheid ada 4 masalah yang ingin diklarisfikasi: pertama perlawanan bersenjata supaya dihentikan, kedua masalah keterkaitan dengan partai komunis, ketiga masalah nasionalisasi dan keempat perlindungan terhadap minoritas kulit putih. Jawaban Mandela adalah: Pertama perjuangan senjata adalah jawaban atas perlakuan pemerintah apartheid terhadap warga kulit hitam dan berwarna, dan perlawanan itu bersifat membela diri; Kedua kedekatan dengan partai komunis karena perjuangan yang sama; Ketiga tidak akan ada nasionalisasi dan akan diterapkan African-style capitalism dan keempat tidak akan terjadi pengusiran atas kulit putih, "South Africa belongs to all who live in it, black and white". Pertemuan pertama ini tidak menghasilkan pertemuan kedua.

(Bersambung........)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar