Senin, 22 Juli 2013

Yakuza Bentrok Dengan Preman Bali

Mulai tahun ini diramalkan bakal banyak anggota Yakuza keluar dari Jepang. Demikian laporan majalah mingguan Asahi Geino, 17 Januari 2013. Sementara penjahat asing juga semakin berani beraksi di Jepang. Nama Indonesia memang tidak disebut langsung, tapi beberapa hari terakhir banyak heroin di Jepang datang dari Malaysia, tetangga Indonesia.

Berikutnya obat-obat perangsang dari Afrika. Di sisi lain, mafia-mafia asing dari Vietnam dan Pakistan mulai terorganisir di Jepang menjadi kelompok perampok dan maling di rumah-rumah warga. Mereka mencuri perhiasan dan berlian dari daerah Tohoku, lalu mengekspor hasil kejahatannya ke luar Jepang.

Catatan itu ditulis kembali oleh Richard Susilo dalam bukunya berjudul: "Yakuza Indonesia". Menurut dia, mencari uang di Jepang kini kian sulit bagi para Yakuza. Oleh sebab itu sekarang banyak di antara mereka yang melakukan ekspansi bisnis hitam ke luar negeri. Alasannya, di luar Jepang bisnis gelap mereka lebih menguntungkan.

Bagi para Yakuza, beraksi di luar Jepang lebih bebas dan aman dari pada beraksi di dalam negeri. Sebab kini di pemerintah Jepang telah menerapkan undang-undang baru anti-Yakuza. Polisi, terus memelototi aktivitas mereka, sehingga tidak lagi bebas. Bila tak hati-hati mereka bakal ditangkap dengan ancaman penjara cukup lama.

Karena terus diburu polisi, belakangan para Yakuza membentuk markas di luar Jepang, dan mereka berhasil. Biasanya, mereka memiliki kekuatan finansial besar, dan memiliki koneksi baik dengan komunitas lokal, pejabat, polisi atau preman setempat. Apalagi rata-rata mereka juga sangat pintar dan berpengalaman.

Seorang anggota kepolisian Jepang membenarkan kabar itu. Bahkan dia menyebut bahwa Indonesia kini sudah menjadi sasaran para Yakuza yang telah memiliki jaringan atau kelompok sendiri, khususnya di kalangan orang Jepang yang sudah lebih dulu tinggal di Indonesia, dan berhasil membaur sehingga identitasnya tidak lagi ketahuan.

"Mereka ada di luar Jepang. Bila pintar tentu mereka akan kuat di sana, dan di Jepang mereka juga tetap memiliki shinoji (pendanaan) yang baik pula. Tetapi, bagi Yakuza yang tidak pintar biasanya akan tertahan di luar negeri, karena biasanya dia juga tidak punya uang."

Bagi yang berhasil dan memiliki uang, sebagai anggota Yakuza memiliki solidaritas tinggi kepada markasnya di Jepang dan biasanya akan memasok sebagian uangnya ke Jepang atau dengan cara dipanggil pulang oleh bosnya. Mereka juga akan mati-matian mempertahankan statusnya sebagai Yakuza di luar negeri secara diam-diam.

Seorang anggota Yakuza sempat menuturkan, bagi para Yakuza yang tidak pintar berstrategi di luar negeri, biasanya akan terlibat bentrok dengan preman lokal setempat. Contohnya di Bali. Seorang polisi setempat sempat membenarkannya. Suatu waktu para Yakuza sempat bentrok dengan preman Bali, sehingga polisi menjadi kesal dan meminta para Yakuza kembali ke Jepang daripada ribut di Bali.

Mungkin ada yang bertanya-tanya, di mana sebenarnya Yakuza di Indonesia ini? Yang jelas, kata Richard, anggota Yakuza Jepang tidak akan mungkin ada di Pelabuhan Tanjung Priok, di Pasar, atau di tempat-tempat kumuh, tidak pula berada di tempat-tempat buruh, pekerja kasar, menjadi kuli bangunan atau semacamnya.

Di Indonesia Yakuza sangat ekslusif. Mereka punya banyak uang, pintar, memiliki pengalaman banyak di Jepang, dan memiliki kesabaran tinggi, maupun hal-hal lain yang tidak dimiliki oleh orang-orang Indonesia. Yakuza di Indonesia akan susah dideteksi oleh orang awam yang tidak mengerti bahasa Jepang.

Mereka memiliki kedekatan dengan para pebisnis di Indonesia, punya jaringan baik dengan orang kaya, dan berteman akrab dengan aparat. Intinya, mereka adalah penyamun, yang sulit dideteksi. Namun demikian, selama anda tidak mengganggu mereka, Yakuza juga diam. Yang pasti, Yakuza itu ada.
[dan]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar