Kamis, 22 Agustus 2013

Menahan Marah Bisa Picu Kanker Payudara?

REPUBLIKA.CO.ID, Menahan marah, apalagi kemarahan yang sangat, bisa mengakibatkan gangguan kesehatan. Bahkan dari sebuah penelitian yang dilakukan di AS diketahui bahwa perempuan yang menahan amarah dalam jangka waktu lama mempunyai risiko kematian prematur dua kali lipat dibanding mereka yang dapat mengekspresikan kemarahannya.

Kalau begitu, apakah sebaiknya rasa marah yang menyergap itu dilepaskan begitu saja? Tidak juga. Penelitian lain mengungkapkan bahwa mengumbar marah berakibat tak kurang buruknya dari menahan marah. Depresi, tekanan darah tinggi, iskemia dan infark jantung, artritis, stres, ketergantungan pada obat dan alkohol, serta obesitas, adalah akibat fisik yang akan didapat oleh orang yang suka marah. Belum lagi ''biaya sosial'' yang harus dibayar berupa, antara lain, runyamnya situasi rumah tangga dan tekanan yang akan dialami orang di dekat kita.


Bahkan, konon, jika kemarahan itu begitu hebatnya dialami oleh seorang perempuan, ia akan mempunyai risiko lebih besar terkena kanker payudara. Risiko ini sama besarnya pada perempuan yang menahan ataupun mengumbar kemarahannya.

Fakta-fakta ini tentu saja bertolak belakang dengan pendapat yang ada bahwa semakin lepas kita mengumbar marah, akan semakin ringan perasaan kita dibuatnya. Yang benar, semakin lepas semakin besar pula kemarahan yang kita rasakan. Ini berlaku juga untuk perasaan sedih. Dulu orang berpendapat menangis itu baik untuk melepaskan kesedihan. Namun sekarang orang berpendapat kesedihan akan makin besar dengan semakin banyaknya air mata yang keluar.

Karenanya, menurut para ahli, yang penting dilakukan adalah mengendalikan rasa marah itu agar jangan sampai menjadi penyakit fisik. Caranya pertama kali, kenali dulu penyebab kemarahan. Jika penyebabnya adalah orang, sementara karena berbagai sebab kita tidak dapat mengungkapkannya secara langsung pada yang bersangkutan, maka cobalah untuk mendiskusikannya dengan orang lain yang bisa kita percaya. Tapi awas, jangan bergunjing tentang orang yang sedang membuat kita sebal itu. Sama saja bohong. Alih-alih, meski sulit, cobalah berdiskusi dengan lebih objektif tentang masalah yang ada. Ini akan sangat membantu. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar