REPUBLIKA.CO.ID, Menahan marah, apalagi kemarahan yang sangat,
bisa mengakibatkan gangguan kesehatan. Bahkan dari sebuah penelitian
yang dilakukan di AS diketahui bahwa perempuan yang menahan amarah dalam
jangka waktu lama mempunyai risiko kematian prematur dua kali lipat
dibanding mereka yang dapat mengekspresikan kemarahannya.
Kalau begitu, apakah sebaiknya rasa marah yang menyergap itu
dilepaskan begitu saja? Tidak juga. Penelitian lain mengungkapkan bahwa
mengumbar marah berakibat tak kurang buruknya dari menahan marah.
Depresi, tekanan darah tinggi, iskemia dan infark jantung, artritis,
stres, ketergantungan pada obat dan alkohol, serta obesitas, adalah
akibat fisik yang akan didapat oleh orang yang suka marah. Belum lagi
''biaya sosial'' yang harus dibayar berupa, antara lain, runyamnya
situasi rumah tangga dan tekanan yang akan dialami orang di dekat kita.
Bahkan, konon, jika kemarahan itu begitu hebatnya dialami oleh
seorang perempuan, ia akan mempunyai risiko lebih besar terkena kanker
payudara. Risiko ini sama besarnya pada perempuan yang menahan ataupun
mengumbar kemarahannya.
Fakta-fakta ini tentu saja bertolak belakang dengan pendapat yang ada
bahwa semakin lepas kita mengumbar marah, akan semakin ringan perasaan
kita dibuatnya. Yang benar, semakin lepas semakin besar pula kemarahan
yang kita rasakan. Ini berlaku juga untuk perasaan sedih. Dulu orang
berpendapat menangis itu baik untuk melepaskan kesedihan. Namun sekarang
orang berpendapat kesedihan akan makin besar dengan semakin banyaknya
air mata yang keluar.
Karenanya, menurut para ahli, yang penting dilakukan adalah
mengendalikan rasa marah itu agar jangan sampai menjadi penyakit fisik.
Caranya pertama kali, kenali dulu penyebab kemarahan. Jika penyebabnya
adalah orang, sementara karena berbagai sebab kita tidak dapat
mengungkapkannya secara langsung pada yang bersangkutan, maka cobalah
untuk mendiskusikannya dengan orang lain yang bisa kita percaya. Tapi
awas, jangan bergunjing tentang orang yang sedang membuat kita sebal
itu. Sama saja bohong. Alih-alih, meski sulit, cobalah berdiskusi dengan
lebih objektif tentang masalah yang ada. Ini akan sangat membantu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar