Ini adalah kisah dari seorang wanita yang hampir saja tewas akibat kekerasan rumah tangga yang banyak memakan korban perempuan di Tegucigalpa, Honduras.
Di Tegucigalpa, Honduras kekerasan terhadap wanita begitu
kerap terjadi. Pada tahun 2013 ini 225 perempuan tewas ditangan para suami
mereka. Kebengisan yang terjadi di kawasan itu selain disebabkan oleh masalah
yang terjadi diantara pasangan suami istri juga dipicu oleh kondisi
perekonomian dikawasan itu yang begitu miskin . Seorang wanita berusia 37
tahun bernama Angelica Maribel Murillo ialah satu korban yang menjadi saksi
bagaimana kekerasan itu terjadi dibanyak keluarga Tegucigalpa.
Berawal pada tahun 2008, kala itu
suaminya menuduh dirinya melakukan selingkuh, saat ia menolak tuduhan yang
dialamatkan pada dirinya ia tak menyangka bahwa sabetan parang harus ia
terima. Sepasang telapak tangan yang biasa ia gunakan untuk mengerjakan
pekerjaan rumah tangga harus ia relakan saat secara paksa suaminya memotongnya.
Angelica bersyukur nyawanya tak melayang.
Mereka pun bercerai, kini Angelica
hidup dengan empat orang anaknya di sudut jalan kawasan Tegucigalpa.
Perekonomian yang begitu sulit dan ia harus menanggung hidup anak-anaknya
semangatnya pun bangkit. Masih melihat senyum anak-anaknya adalah sebuah
kebahagiaan yang tak bias tergantikan. Di depan rumahnya ia kini membuka sebuah
usaha yang ia harapkan dapat membantu kebutuhan hidup keluarganya.
Bisnis roti Tortila yang menjadi
makanan tradisional di tempat ia tinggal merupakan sumber pendapatannya.
tak peduli dengan keterbatasan yang ia miliki semangatnya terus memacu dirinya
untuk terus berusaha dan tidak menyerah.
Tanpa telapak tangan ia meyakini
bahwa ia mampu melakukan apapun. Demi kasih sayangnya kepada anak-anaknya
ia harus mampu berjibaku melawan hidup tanpa harus meminta belas kasih kepada
orang lain.
Di kawasan ia tinggal di La
Nueva Australia, Angelica bertekad akan terus menjalani hidupnya. Menata
masa depan yang lebih baik dengan usaha kecil ia yakin ada masa depan yang
lebih baik.
Bayang-bayang ketakutan yang pernah
membekapnya kini tak lagi mengurungnya, membesarkan anaknya adalah mimpi dan
cita-citanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar