Kamis, 17 Oktober 2013
Kerja sama antar negara penting untuk memastikan dunia maya tidak
dijadikan ajang pertarungan ataupun persaingan antar bangsa. “Indonesia
serukan pentingnya membangun rasa saling percaya sebagai paradigma dan
pendekatan bagi negara-negara dalam melihat dunia maya.” Hal ini
disampaikan Menlu RI Dr. R.M. Marty M. Natalegawa saat menghadiri
konferensi mengenai dunia maya “Seoul Conference on Cyberspace” di
Seoul, Korea Selatan (17-18/10)
Dalam kesempatan tersebut, Menlu RI juga menegaskan bahwa dunia maya menyediakan peluang yang dapat dipergunakan oleh semua bangsa untuk mewujudkan kemakmuran dan perdamaian di dunia. “Dunia maya selayaknya menjadi alat untuk membentuk kemitraan antar-bangsa demi kemajuan bersama,” ujar Menlu RI.
Namun demikian, pada saat yang sama dunia maya juga memunculkan tantangan bagi peradaban manusia. “Oleh karenanya, saat ini dipandang penting bagi negara-negara untuk membuat semacam prinsip dan norma global yang dapat mengatur dunia maya untuk memfasilitasi pertumbuhan ekonomi, mengentaskan kemiskinan serta mempromosikan demokrasi dan toleransi,” demikian disebutkan oleh Menlu RI.
Di saat yang sama, global arrangements tersebut juga sekaligus dapat dipergunakan sebagai alat untuk menjawab tantangan global yang ada seperti mencegah kejahatan antar-bangsa, memadamkan ekstrimisme, serta mencegah korupsi. Untuk itu, Menlu RI menekankan pentingnya peran PBB dalam membentuk global arrangements tersebut.
Di sisi lain, Menlu RI juga mengemukakan mengenai adanya kebutuhan untuk menjembatani digital divide yang ada saat ini, baik antar negara maju dengan negara berkembang ataupun secara domestik antar daerah perkotaan dengan daerah pedesaan.
“Hal ini penting agar manfaat dari dunia maya dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat,” kata Menlu RI. “Penyediaan akses terhadap dunia maya yang setara bagi seluruh warga dunia dapat meningkatkan produktivitas sekaligus mendorong kreativitas, baik bagi individu maupun masyarakat.”
Konferensi yang berlangsung selama dua hari ini merupakan konferensi ketiga dari rangkaian Conference on Cyberspace yang telah diselenggarakan di London, Inggris, pada tahun 2011 dan Budapest, Hungaria, pada tahun 2012.
Konferensi tahun ini mengangkat tema Global Prosperity through an Open and Secure Cyberspace: Opportunities, Threats and Cooperation yang bertujuan untuk memberikan dasar bagi pembahasan yang konstruktif serta sebagai momentum bagi dialog antar negara-negara dalam isu cyberspace.
Sebanyak lebih dari 90 negara dan berbagai stakeholders terkait lainnya telah berpartisipasi aktif dalam Konferensi ini, dengan kehadiran sebanyak 26 pejabat tingkat Menteri.
Di sela-sela konferensi tersebut, Menlu RI telah berkesempatan untuk mengadakan pertemuan dengan Menlu Australia, Menlu Korea Selatan serta Wamenlu Jepang.
Selain itu, Menlu RI juga telah menjadi pembicara dalam diskusi informal dengan think tank terkemuka Korea Selatan, Asan Institute for Policy Studies, untuk membahas perkembangan terkini di kawasan. (Sumber: BAM/Dit. Infomed/Dit. Sosbud OINB/KBRI Seoul)
Dalam kesempatan tersebut, Menlu RI juga menegaskan bahwa dunia maya menyediakan peluang yang dapat dipergunakan oleh semua bangsa untuk mewujudkan kemakmuran dan perdamaian di dunia. “Dunia maya selayaknya menjadi alat untuk membentuk kemitraan antar-bangsa demi kemajuan bersama,” ujar Menlu RI.
Namun demikian, pada saat yang sama dunia maya juga memunculkan tantangan bagi peradaban manusia. “Oleh karenanya, saat ini dipandang penting bagi negara-negara untuk membuat semacam prinsip dan norma global yang dapat mengatur dunia maya untuk memfasilitasi pertumbuhan ekonomi, mengentaskan kemiskinan serta mempromosikan demokrasi dan toleransi,” demikian disebutkan oleh Menlu RI.
Di saat yang sama, global arrangements tersebut juga sekaligus dapat dipergunakan sebagai alat untuk menjawab tantangan global yang ada seperti mencegah kejahatan antar-bangsa, memadamkan ekstrimisme, serta mencegah korupsi. Untuk itu, Menlu RI menekankan pentingnya peran PBB dalam membentuk global arrangements tersebut.
Di sisi lain, Menlu RI juga mengemukakan mengenai adanya kebutuhan untuk menjembatani digital divide yang ada saat ini, baik antar negara maju dengan negara berkembang ataupun secara domestik antar daerah perkotaan dengan daerah pedesaan.
“Hal ini penting agar manfaat dari dunia maya dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat,” kata Menlu RI. “Penyediaan akses terhadap dunia maya yang setara bagi seluruh warga dunia dapat meningkatkan produktivitas sekaligus mendorong kreativitas, baik bagi individu maupun masyarakat.”
Konferensi yang berlangsung selama dua hari ini merupakan konferensi ketiga dari rangkaian Conference on Cyberspace yang telah diselenggarakan di London, Inggris, pada tahun 2011 dan Budapest, Hungaria, pada tahun 2012.
Konferensi tahun ini mengangkat tema Global Prosperity through an Open and Secure Cyberspace: Opportunities, Threats and Cooperation yang bertujuan untuk memberikan dasar bagi pembahasan yang konstruktif serta sebagai momentum bagi dialog antar negara-negara dalam isu cyberspace.
Sebanyak lebih dari 90 negara dan berbagai stakeholders terkait lainnya telah berpartisipasi aktif dalam Konferensi ini, dengan kehadiran sebanyak 26 pejabat tingkat Menteri.
Di sela-sela konferensi tersebut, Menlu RI telah berkesempatan untuk mengadakan pertemuan dengan Menlu Australia, Menlu Korea Selatan serta Wamenlu Jepang.
Selain itu, Menlu RI juga telah menjadi pembicara dalam diskusi informal dengan think tank terkemuka Korea Selatan, Asan Institute for Policy Studies, untuk membahas perkembangan terkini di kawasan. (Sumber: BAM/Dit. Infomed/Dit. Sosbud OINB/KBRI Seoul)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar