Jumat, 18 April 2014

Tunarungu Lebih Bernilai Daripada Caleg Stress

Tuhan punya kuasa. Di balik keterbatasan seseorang, sering tersimpan sesuatu yang luar biasa. Kehebatan orang-orang yang kelihatan terbatas, kadang jauh mengalahkan orang-orang yang secara fisik tampak sempurna.

Itulah yang bisa ditangkap dari seorang Arie Wahyu Cahyadi. Lelaki kelahiran Flores ini adalah penderita tuna rungu (deaf). Meski sebagai tunarungu, dia justru memiliki usaha travel, khususnya sebagai pemandu wisata (guide). Pekerjaan yang selama ini identik dengan orang yang harus banyak bicara menyampaikan data informasi.

Nyatanya Wahyu benar-benar panjang akal dan seolah mendapatkan wahyu sebagai seorang pemandu wisata (guide). Dia dirikan usaha yang diberi nama BaliDeafGuide dan membuat situs berbahasa asing www.balideafguide.com yang mengkhususkan diri untuk penderita tunarungu/wicara.

Apakah laku dan ada pasarnya? "Tamu-tamu saya kebanyakan dari Australia," kata Wahyu ketika ngobrol melalui whatsApp menjawab pertanyaan penulis. Setiap pekan, rata-rata ada 2-3 tamu rombongan yang dipandunya. Sebagian besar dari manca negara. Tamunya kadang hanya 4 orang kadang sampai 10 orang tunarungu atau lebih.

Hari itu, ia tampak sibuk sekali. Pesan WA Minggu petang baru dijawab Senin pagi. Dan, itupun dijawab di sela-sela sedang membawa tamu. Karena sibuk, dia mohon maaf tidak bisa menjawab banyak pertanyaan. Sebab, dia punya komitmen yang lebih kepada tamu atau pelanggan.

Tampaknya, Wahyu sangat profesional. Begitu masuk ke website-nya, video tentang dirinya dan layanan perusahaannya menyapa. "Hallo and welcome to Bali; Bali in sign language; My name is Wahyu; I am deaf and I live in Bali; I work as a driver and tour guide; dst"

Sebenarnya bukan hanya orang tuna rungu yang bisa mendapatkan layanannya, namun orang normal juga bisa. Sebab, selain menyampaikan pesan dengan bahasa isyarat, Wahyu juga membawa beberapa alat peraga dan gambar-gambar yang membantu menjelaskan tentang obyek tersebut. Juga memakai tulisan.

Wahyu barangkali tidak menduga bahwa arah hidupnya ke sana. Dia memang tunarungu bukan karena bawaan lahir, tapi saat masih kecil sakit sehingga jadi tunarungu dan sekolah luar biasa (SLB). Ide membuka usaha travel dan pemandu wisata, adalah sesuatu yang tak diduganya. Pada 2008 ada serombongan tamu tunarungu dari Australia mengunjungi SLB tempat Wahyu beraktivitas. Tamu-tamu itu bermaksud mengajak pemuda yang sekolah di SLB tersebut untuk mendampingi berwisata dan membantu memberikan penjelasan.

Rupanya setelah itu, Wahyu sering dimintai tolong. Maka, dia pun membulatkan diri membuat travel khusus tunarungu. Setelah lulus SMA Wahyu melanjutkan sekolah sistem informatika. Dibantu teman-temannya, maka dia pun membuat website. Sekarang, kalau orang tunarungu mau berwisata ke Bali, selalu ingat Wahyu. Hal yang tidak diperhitungkan sebelumnya adalah, bahwa bahsa isyarat itu relatif banyak yang memiliki kesamaan untuk seluruh dunia, lebih universal. Dari sinilah sehingga tak heran bila pasar Wahyu cukup besar.

Apa yang ditunjukkan Wahyu adalah sebuah fakta, bahwa layanan yang unik selalu menjadi perhatian dan memiliki pasar sendiri. Dia telah memberikan contoh positif dan mengilhami banyak pihak, bahwa keterbatasan bukan halangan untuk berkreasi. Arah hidup seseorang memang kada tak diduga sebelumnya. Namun, dengan ketekunan, kreativitas, akan mendapatkan jalan.

Tujuan awal dia bukan semata-mata berbisnis. Akan tetapi, ingin membantu orang-orang tunarungu untuk bisa menikmati wisata Bali dan sekitarnya, dengan optimal. Tidak hanya melihat obyek wisata tetapi informasi lebih dalam di balik obyek itu sendiri, baik dari sisi sejarah maupun latarbelakang budaya dan sebagainya.

Saat ini, Wahyu tidak sendirian. Dia punya karyawan yang membantunya. Dia tak cuma bekerja yang menghasilkan buat dirinya dan keluarganya, tapi juga sudah menciptakan pekerjaan buat orang lain. Tanpa teriak-teriak, orang seperti Wahyu layak untuk diteladani dan dijadikan contoh. Dia secara tidak langsung telah meringankan beban negara, bahkan memberikan sumbangsih pertumbuhan industri pariwisata Indonesia.

Mestinya bagi masyarakat yang normal bisa berkaca pada Wahyu. Apalagi para caleg-caleg yang gagal Pemilu, semestinya berkaca pada sosok Wahyu. Bahwa masih ada hari esok. Bahwa masa depan bukan hanya jadi anggota DPR, tapi banyak berserak pekerjaan yang bisa dikembangkan, sesuai dengan kreativitas kita. Bukan seperti caleg yang tidak kreatif, begitu gagal malah stress dan ulahnya macam-macam. Merugikan negara. Ada yang berulah menutup jalan, menarik lagi duit serangan fajarnya, bahkan minta balik uang yang sudah disumbangkan buat masjid. Duh! (seumber: Merdeka.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar