Kesiagaan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) amat
lemah ketika salah satu negara anggotanya diserang Rusia, kata laporan
Komite Pertahanan parlemen Inggris.
Komite yang beranggotakan sejumlah anggota
Majelis Rendah parlemen Inggris tersebut merujuk konflik di Ukraina
sebagai bukti kekurangan NATO.
Serangan non-konvensional Rusia, yang menggunakan taktik asimetris
atau ‘peperangan ambigu—dirancang untuk menyelusup di bawah kesiagaan
NATO. Hal ini sulit untuk dibalas.
‘Kejadian seperti di Ukraina tahun ini, lalu
sebelumnya serangan siber di Estonia pada 2007, serta invasi Georgia
pada 2008 adalah panggilan kepada NATO agar bangun dari tidur’, demikian
petikan laporan itu.
Guna mengantisipasi serangan semacam itu di masa
mendatang, laporan tersebut merekomendasikan penambahan pasukan NATO di
negara-negara Balkan yang rentan, termasuk Estonia, Latvia, dan
Lithuania.
Lalu, NATO disarankan menyiapkan pasukan khusus
guna menghadapi serangan non-konvensional, termasuk serangan siber. NATO
juga diminta mengadakan latihan dalam skala besar serta meningkatkan
jumlah pasukan reaksi cepat secara signifikan.
“Risiko serangan Rusia ke salah satu negara
anggota NATO, walaupun kecil, namun signifikan. Kami tidak yakin NATO
siap atas ancaman ini. NATO terlalu santai menghadapi ancaman Rusia,”
kata Rory Stewart, Ketua Komite Pertahanan dari Partai Konservatif.
Padahal, sambungnya, taktik Rusia berubah cepat,
termasuk serangan siber, mendukung kelompok separatis, dan
mengombinasikan warga sipil bersenjata dengan pasukan khusus tanpa
emblem kesatuan.
Dikaji
Juru bicara NATO, Oana Lungescu, mengaku belum melihat laporan yang disusun Komite Pertahanan Majelis Rendah Inggris.
“Namun, kami akan mengkajinya secara seksama
begitu laporan tersebut dipublikasikan. Pada Maret lalu, Sekretaris
Jenderal NATO Anders Fogh Rasmussen menyatakan aksi militer Rusia di dan
sekitar Ukraina merupakan panggilan bagi aliansi dan komunitas
internasional.
“Dia juga menekankan bahwa NATO harus beradaptasi dengan lingkungan
keamanan yang berubah. NATO telah menempuh sejumlah langkah untuk
menguatkan pertahanan kolektif, khususnya untuk sekutu kami di timur,
dengan lebih banyak pesawat, kapal, dan latihan di darat,” ujar
Lungescu.
NATO dibentuk pada 1949, empat tahun sesudah
Perang Dunia Kedua berakhir. Berdasarkan Pasal 5 Traktat 1949, aliansi
itu sepakat membantu pertahanan bila salah satu negara anggotanya
diserang musuh.
Setelah Perang Dingin usai dan Uni Soviet bubar,
NATO melebarkan sayap ke Eropa Timur. Anggota NATO kini mencakup
Latvia, Lithuania, dan Estonia yang dulu menjadi bagian Uni Soviet dan
Pakta Warsawa.
(dikutip dari: BBC Indonesia)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar