Minggu, 07 Desember 2014

Jokowi memberi warna baru pada politik dan demokrasi Indonesia

Kamis, 04 Desember 2014
 ​Pada seminar bertajuk Indonesia’s New Government and the Country’s role in East Asia yang diselenggarakan oleh KBRI Paris di Ecole Nationale d’Administration (ENA) dan Institut Français des Relations Internationales (IFRI) Paris, 27 dan 28 November 2014, Dr. Hassan Wirajuda menjelaskan bahwa terpilihnya Joko Widodo (Jokowi) sebagai Presiden RI memberikan warna baru pada perkembangan politik dan demokrasi di Indonesia. 
 
Dengan latar belakang keluarga yang tidak ada hubungannya dengan pemerintahan Orde Baru, pengalaman berbisnis dari nol, bukan pimpinan partai politik dan pernah menjadi Walikota di kota kecil, Solo, serta dengan sikap kesederhanaan, kegemaran turun langsung ke lapangan, ketegasan dalam pengambilan keputusan dan daya persuasinya yang tinggi, Jokowi mampu memenangkan suara rakyat Indonesia untuk menjadi Presiden RI. Ketegasan dan keberaniannya mengambil resiko terbukti pada keputusannya untuk menaikkan harga BBM dalam upaya mengurangi subsidi BBM meskipun baru sebulan dilantik. Presiden Jokowi telah memperhitungkan bahwa beban subsidi BBM pada APBN harus dialihkan untuk pembangunan infrastruktur, penyediaan listrik, pelayanan kesehatan dan pendidikan. Dengan pengalihan tersebut diproyeksikan dalam 5-10 tahun mendatang, pertumbuhan ekonomi Indonesia dapat mencapai rata-rata 7% per tahun.
Selain itu, Dr. Wirajuda juga menggambarkan bahwa keberhasilan penyelenggaraan rangkaian Pemilu 2014 dalam suasana yang tenang dan kondusif dengan tingkat partisipasi mencapai 75% dari 185 juta pemilih terdaftar merupakan bukti kedewasaan demokrasi Indonesia. Hal ini semakin memperkuat posisi Indonesia, yang saat ini telah menjadi negara dengan perekonomian terbesar nomor 16 di dunia, dalam mempromosikan demokrasi dan perlindungan HAM pada skala internasional. Indonesia juga telah bertransformasi dari defisit demokrasi menjadi negara dengan full pledged democracy dimana Islam,  demokrasi dan modernisasi terbukti dapat berjalan bersama.
Dalam hubungannya dengan negara-negara di kawasan Asia Tenggara, Indonesia selalu berupaya mengambil inisiatif memajukan kerjasama ASEAN. Saat ini ASEAN telah mentransformasi dirinya menjadi organisasi yang memiliki legalitas berinteraksi dan tujuan yang lebih jelas dengan berdasarkan pada 3 Pilar kerjasama yaitu Politik dan Keamanan, Ekonomi, dan Sosial Budaya. ASEAN terus mempertahankan tradisi dialog yang terbukti telah menjadikan kawasan ini relatif stabil dan aman selama 47 tahun. Perkembangan pesat ASEAN saat ini khususnya di Pilar Ekonomi dengan target jangka pendek adalah terciptanya ASEAN Economic Community (AEC) 2015.
Meskipun demikian kemajuan ASEAN nampak masih kurang seimbang di Pilar Politik dan Keamanan dimana pemajuan demokrasi dan perlindungan HAM di beberapa negara ASEAN masih tampak bermasalah. Kurangnya penekanan pada kerjasama politik dan keamanan juga terlihat dalam konteks kerjasama East Asia Summit (EAS). Untuk menghindari persepsi yang salah, diharapkan ASEAN dan EAS makin memperkuat kerjasama konkret di bidang politik dan keamanan khususnya dalam hal promosi demokrasi dan penghormatan HAM.
Kedua acara seminar berjalan dengan lancar dan interaktif. Pada acara seminar di ENA hadir sekitar 65 orang peserta dan pada seminar di IFRI hadir sekitar 50 orang peserta dari berbagai kalangan seperti pejabat pemerintah Prancis, pejabat Organisasi Internasional (OECD dan IEA) di Paris, pebisnis, akademisi, mahasiswa, peneliti, diplomat, masyarakat umum pemerhati Indonesia dan Asia serta beberapa wakil dari asosiasi Indo-Franco.
Pada kesempatan terpisah, Dr. Wirajuda juga berkesempatan mengadakan pertemuan dengan Mme Nathalie Loiseau, Direktur ENA, guna membicarakan peluang kerjasama antara ENA dengan The School of Government and Public Policy (SGPP) Indonesia sebagai salah satu bentuk perwujudan kerjasama kemitraan strategis Indonesia – Prancis di bidang pendidikan.
(Sumber: KBRI Paris)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar