Kamis, 04 Desember 2014
Pada
seminar bertajuk Indonesia’s New
Government and the Country’s role in East Asia
yang diselenggarakan oleh KBRI Paris di Ecole
Nationale d’Administration (ENA) dan
Institut Français des Relations
Internationales (IFRI) Paris, 27 dan 28
November 2014, Dr. Hassan Wirajuda menjelaskan bahwa terpilihnya Joko
Widodo (Jokowi) sebagai Presiden RI memberikan warna baru pada
perkembangan politik dan demokrasi di Indonesia.
Dengan
latar belakang keluarga yang tidak ada hubungannya dengan
pemerintahan Orde Baru, pengalaman berbisnis dari nol, bukan pimpinan
partai politik dan pernah menjadi Walikota di kota kecil, Solo, serta
dengan sikap kesederhanaan, kegemaran turun langsung ke lapangan,
ketegasan dalam pengambilan keputusan dan daya persuasinya yang
tinggi, Jokowi mampu memenangkan suara rakyat Indonesia untuk menjadi
Presiden RI. Ketegasan dan keberaniannya mengambil resiko terbukti
pada keputusannya untuk menaikkan harga BBM dalam upaya mengurangi
subsidi BBM meskipun baru sebulan dilantik. Presiden Jokowi telah
memperhitungkan bahwa beban subsidi BBM pada APBN harus dialihkan
untuk pembangunan infrastruktur, penyediaan listrik, pelayanan
kesehatan dan pendidikan. Dengan pengalihan tersebut diproyeksikan
dalam 5-10 tahun mendatang, pertumbuhan ekonomi Indonesia dapat
mencapai rata-rata 7% per tahun.
Selain
itu, Dr. Wirajuda juga menggambarkan bahwa keberhasilan
penyelenggaraan rangkaian Pemilu 2014 dalam suasana yang tenang dan
kondusif dengan tingkat partisipasi mencapai 75% dari 185 juta
pemilih terdaftar merupakan bukti kedewasaan demokrasi Indonesia. Hal
ini semakin memperkuat posisi Indonesia, yang saat ini telah menjadi
negara dengan perekonomian terbesar nomor 16 di dunia, dalam
mempromosikan demokrasi dan perlindungan HAM pada skala
internasional. Indonesia juga telah bertransformasi dari defisit
demokrasi menjadi negara dengan full
pledged democracy dimana Islam,
demokrasi dan modernisasi terbukti dapat berjalan bersama.
Dalam
hubungannya dengan negara-negara di kawasan Asia Tenggara, Indonesia
selalu berupaya mengambil inisiatif memajukan kerjasama ASEAN. Saat
ini ASEAN telah mentransformasi dirinya menjadi organisasi yang
memiliki legalitas berinteraksi dan tujuan yang lebih jelas dengan
berdasarkan pada 3 Pilar kerjasama yaitu Politik dan Keamanan,
Ekonomi, dan Sosial Budaya. ASEAN terus mempertahankan tradisi dialog
yang terbukti telah menjadikan kawasan ini relatif stabil dan aman
selama 47 tahun. Perkembangan pesat ASEAN saat ini khususnya di Pilar
Ekonomi dengan target jangka pendek adalah terciptanya ASEAN
Economic Community (AEC) 2015.
Meskipun
demikian kemajuan ASEAN nampak masih kurang seimbang di Pilar Politik
dan Keamanan dimana pemajuan demokrasi dan perlindungan HAM di
beberapa negara ASEAN masih tampak bermasalah. Kurangnya penekanan
pada kerjasama politik dan keamanan juga terlihat dalam konteks
kerjasama East Asia Summit (EAS). Untuk
menghindari persepsi yang salah, diharapkan ASEAN dan EAS makin
memperkuat kerjasama konkret di bidang politik dan keamanan khususnya
dalam hal promosi demokrasi dan penghormatan HAM.
Kedua
acara seminar berjalan dengan lancar dan interaktif. Pada acara
seminar di ENA hadir sekitar 65 orang peserta dan pada seminar di
IFRI hadir sekitar 50 orang peserta dari berbagai kalangan seperti
pejabat pemerintah Prancis, pejabat Organisasi Internasional (OECD
dan IEA) di Paris, pebisnis, akademisi, mahasiswa, peneliti,
diplomat, masyarakat umum pemerhati Indonesia dan Asia serta beberapa
wakil dari asosiasi Indo-Franco.
Pada
kesempatan terpisah, Dr. Wirajuda juga berkesempatan mengadakan
pertemuan dengan Mme Nathalie Loiseau, Direktur ENA, guna
membicarakan peluang kerjasama antara ENA dengan The
School of Government and Public Policy
(SGPP) Indonesia sebagai salah satu bentuk perwujudan kerjasama
kemitraan strategis Indonesia – Prancis di bidang pendidikan.
(Sumber:
KBRI Paris)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar