Rabu, 03 Desember 2014
“Welcome Back to Pejambon” kata Menlu
Retno Marsudi kepada para peserta ketika menutup Diklat Sekolah Staf
dan Pimpinan Kementerian Luar Negeri (Sesparlu) Angkatan ke-51 dan
Diklat Sekolah Staf Dinas Luar Negeri (Sesdilu) Angkatan ke-53 di Gedung
Pancasila, Kemlu RI (2/12).Tampak diantara para hadirin, Dr. Hassan Wirajuda (Menlu 2001-2008), para Duta Besar Senior, Wamenlu, Sekretaris Jenderal, Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan (Kapusdiklat), Widyaiswara, dan jajaran Eselon I dan II di lingkungan Kementerian Luar Negeri.
Setelah lagu kebangsaan Indonesia Raya berkumandang syahdu dinyanyikan bersama oleh seluruh hadirin, Kapusdiklat Kemlu RI Duta Besar Soehardjono Sastromihardjo mengawali acara dengan memberikan laporan terkait penyelenggaraan kedua diklat.
Disampaikan proses awal seleksi ketat masuk diklat dilakukan oleh Biro Kepegawaian dan Pusdiklat. Pelaksanaan diklat berlangsung selama 3 bulan, diikuti masing-masing 25 orang peserta untuk tingkat Sesparlu (diplomat senior) dan 35 orang untuk tingkat Sesdilu (diplomat madya). “Diklat Sesparlu juga terintegrasi dengan program Sesparlu Internasional ke-13 yang diikuti oleh diplomat dari sembilan negara (RRT, Fiji, Kamboja, Korsel, Palestina, PNG, Vanuatu, Vietnam dan perwakilan dari Melanesian Spearhead Group) selama dua minggu” jelas Kapusdiklat.
Duta Besar Soehardjono membahas singkat kurikulum yang diberikan kepada peserta diklat yang meliputi: pendalaman materi kekanseleraian, demokrasi, tantangan dan potensi Indonesia terkait konektivitas ASEAN, makro ekonomi internasional, ekonomi kerakyatan, diplomasi ekonomi, negotiation skills, kepemimpinan dan pembelajaran bahasa PBB, bahasa Spanyol.
Mengawali sambutannya Menlu Retno Marsudi menyampaikan ucapan selamat kepada para diplomat yang telah lulus menyelesaikan diklat Sesparlu dan Sesdilu. “Welcome Back to Pejambon” kata Menlu. Seluruh jajaran pimpinan Kemlu berkomitmen untuk terus menjaga budaya merit system yang telah diadopsi sejak masa Menlu Hassan pada 2001, baik rekrutmen masuk Kemlu maupun untuk diklat berjenjang yang telah menghasilkan SDM yang membanggakan. Merit system diperlukan untuk membantu pimpinan menjaga dari unsur subjektivitas. “Performance is one thing hal penting lainnya yang patut menjadi perhatian adalah mengenai masalah attitude” ujar Menlu.
Menyoroti tema penulisan kertas kerja perorangan (Taskap) yang menitikberatkan pada Diplomasi Ekonomi dan Perlindungan WNI yang diangkat Pusdiklat bagi peserta Sesparlu dan Sesdilu mendapat pujian Menlu. “Tema Taskap sangat tepat karena sesuai dengan tema dan prioritas pemerintahan saat ini” kata Menlu.
Prioritas Polugri Pemerintahan Baru
Mengulang kembali pesan Presiden Jokowi, Menlu menyampaikan bahwa poltik luar negeri yang dijalankan harus mengedepankan kepentingan rakyat, membumi dan menggalakkan diplomasi ekonomi. “Kepentingan rakyat menjadi penjuru dan ekonomi harus digalakkan” ujar Menlu.
Menlu Retno kembali menegaskan tiga prioritas politik luar negeri yang ditekankan oleh Presiden. Pertama adalah penyelesaian masalah perbatasan, untuk itu Menlu meminta para lulusan diklat, para diplomat yang mendalami masalah hukum untuk membuat tulisan untuk memberikan gambaran dan penjelasan kepada publik terkait negosiasi dan status dari isu perbatasan yang diperjuangkan. Kedua adalah masalah perlindungan warga negara Indonesia di luar negeri. Menlu mengingatkan bahwa Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI), Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) dan Konsulat adalah rumah bagi seluruh WNI di luar negeri. “Alamat pertama bagi WNI di luar negeri adalah KBRI” ujarnya. Permasalahan di hulu dan di hilir akan diselesaikan secara serius. Kemlu memastikan penanganan masalah WNI di sektor hilir di luar negeri ditangani secara baik. Namun tak kalah penting menurutnya penanganan permasalahan sejak dini di sektor hulu yakni di dalam negeri. Ketiga adalah diplomasi ekonomi, masalah maritim, ketahanan pangan, ketahanan energi. Menlu berharap agar para diplomat mendalami isu yang diperjuangkan. “Pahami dan kuasai detail dari isu yang ditangani, berupa fakta dan angka untuk memperjuangkan kepentingan nasional Indonesia” pesan Menlu.
Satu hal yang tak kalah penting ditekankan Menlu adalah suasana kerja yang kondusif. “Kita tidak akan dapat bekerja dengan baik kalau suasana kerja tidak baik. Bagaimana kita dapat meningkatkan kinerja jika suasana kerja tidak baik. ”Kita harus meningkatkan enerji positif we feeling dan caring environment untuk lebih menjaga solidaritas Korps Korsa Kementerian Kemenlu” tegas Menlu.
Menlu mengibaratkan dirinya sebagai seorang konduktor yang mengelola beragam pemain musik yang menghasilkan bunyi dan nada masing-masing yang tanpanya tidak akan menjadi sebuah lagu yang baik. Satu tim kerja yang solid akan mencapai tujuan bersama dengan baik. “Dengan teamwork dan sinergi yang baik maka akan tercipta suatu simfoni lagu yang indah untuk Indonesia” pungkas Menlu. (Sumber: Dit. Infomed-QZN).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar