PERANG 1948
Rencana Pembagian PBB tahun 1947
untuk Palestina merekomendasikan berdirinya negara-negara Yahudi dan Palestina.
Pasukan Yahudi terjun ke lapangan hampir seketika itu juga, dengan cepat
mengamankan wilayah-wilayah yang diperuntukkan bagi bangsa Yahudi dan kemudian
meluaskannya ke bagian-bagian Palestina yang diperuntukkan bagi bangsa
Palestina. Perang itu berlangsung selama satu tahun, hingga 6 Januari 1949.
Bagian pertama ditandai dengan pasukan regular Yahudi yang melawan pasukan Arab
nonregular dan bagian kedua ditandai dengan peperangan antara unit-unit Yahudi
dan lima angkatan bersenjata Arab yang memasuki Palestina sehari setelah
berdirinya Israel pada 14 Mei 1948.1
OMONG KOSONG
"Kami, tentu saja, sama sekali tidak
siap untuk perang." --Golda Meir, perdana menteri Israel, 19752
FAKTA
Rencana-rencana Israel untuk
berperang dimulai dengan bersungguh-sungguh pada hari dikeluarkannya Rencana
Pembagian PBB pada 29 November 1947. Semua orang Yahudi yang berumur tujuh
belas hingga dua puluh lima diperintahkan untuk mendaftar pada dinas militer.3
Pada 5 Desember, pemimpin Zionis David Ben-Gurion memerintahkan "aksi
segera" untuk memperluas pemukiman Yahudi di tiga daerah yang diserahkan
oleh PBB kepada negara Arab Palestina.4 Menjelang pertengahan Desember mereka
mulai mengorganisasikan aksi militer melawan orang-orang Arab di Palestina
dengan strategi yang diuraikan dalam Rencana Militer Gimmel. Tujuan Rencana
Gimmel adalah mengulur-ulur waktu bagi mobilisasi kekuatan Yahudi dengan
merebut titik-titik strategis yang dikosongkan oleh Inggris dan untuk meneror
penduduk Arab agar menyerah.5 Serangan besar Yahudi yang pertama berlangsung
pada 18 Desember ketika pasukan Palmach ("assault companies"),
pasukan penggempur dari angkatan bersenjata bawah tanah Yahudi, Haganah,
menyerang desa Palestina Khissas di bagian utara Galilee dalam suatu serangan
malam, dan membunuh lima orang dewasa dan lima anak-anak serta melukai lima
lainnya.6
Christopher Sykes, seorang
pengamat Inggris masa itu, mencatat bahwa serangan Khissas mewakili suatu tahap
baru dalam perang, dengan ciri yang berubah dari "serangan acak dan
serangan balasan menjadi serangan dan kekejaman yang lebih
diperhitungkan."7 Pada 9 Desember, Ben-Gurion memerintahkan agar pasukan
Yahudi menyerang dengan agresif: "Dalam setiap serangan harus dilancarkan
sebuah pukulan mematikan yang mengakibatkan hancurnya rumah-rumah dan
terusirnya penduduk."8 Dengan demikian pada saat lima pasukan Arab memasuki
Palestina pada 5 Mei 1948, kaum Zionis telah melaju dalam pelaksanaan
rencana-rencana perang mereka.
OMONG KOSONG
"Perang total dipaksakan pada bangsa
Yahudi." --Jacob Tzur, Zionism, 19779
FAKTA
Angkatan bersenjata Israel sudah
bergerak dalam waktu beberapa minggu setelah Rencana Pembagian PBB tahun 1947.
Aksi militer yang diorganisasi oleh kaum Zionis dimulai pada pertengahan
Desember dengan Rencana Gimmel.10 Menjelang awal Maret 1948, orang-orang Yahudi
berusaha melaksanakan Rencana Dalet, yang bertujuan merebut daerah-daerah di
Galilee dan antara Jerusalem dan Tel Aviv yang telah diserahkan melalui Rencana
Pembagian Perserikatan Bangsa-Bangsa kepada negara Palestina yang diimpikan.11
Dengan demikian, menjelang 15 Mei ketika lima angkatan bersenjata Arab memasuki
Palestina, Israel telah menaklukkan bagian-bagian penting dari wilayah
Palestina di luar negaranya sendiri yang telah ditetapkan oleh PBB.12
Sebaliknya, baru pada 30 April
1948 untuk pertama kalinya para kepala staf angkatan bersenjata Arab bertemu
untuk membuat rencana intervensi militer. Bahkan pada waktu yang telah
terlambat ini, tambah ahli sejarah Israel Simha Flapan, "para pemimpin
Arab masih berusaha keras untuk menemukan rumusan penyelamat muka yang dapat
membebaskan mereka dari tuduhan melancarkan aksi militer."13 Pada 13 Mei,
Duta Besar AS untuk Mesir melaporkan mengenai moral orang-orang Arab yang
rendah, sambil menambahkan: "Kalangan yang tahu cenderung setuju bahwa
orang-orang Arab kini akan menerima hampir semua alasan penyelamat muka apa
saja jika itu dapat mencegah perang terbuka."14
Tujuan perang Yordania bukanlah
melawan negara Yahudi atau rencana pembagian --yang diterima dengan
syarat--melainkan melawan usaha-usaha Israel untuk mencaplok bagian-bagian
Palestina yang tidak termasuk milik Yahudi sebagaimana yang ditetapkan dalam
Rencana Pembagian PBB. Akibatnya, seperti dicatat oleh ahli sejarah Israel
Abraham Sela, "semua peperangan dengan Legiun Arab [Yordania] dilancarkan
di daerah-daerah di luar wilayah negara Yahudi... termasuk yang dilancarkan di
Jerusalem."15
Pada 1 Juni, delegasi PBB Israel
mengeluarkan suatu pernyataan yang melaporkan bahwa dalam dua minggu
pertempuran sejak kemerdekaan Israel, negara baru itu telah menguasai 400 mil
persegi di luar perbatasan-perbatasan yang ditetapkan untuknya melalui rencana
pembagian dan bahwa tidak ada pertempuran yang berlangsung di dalam batas-batas
wilayah yang ditetapkan PBB untuk Israel. Komunike itu menyatakan:
"Wilayah Negara Israel sepenuhnya terbebas dari penyerang."16
OMONG KOSONG
"[Bangsa
Arab mempunyai] keunggulan mutlak dalam persenjataan, dan keunggulan yang luar
biasa dalam potensi, sukarelawan, atau sumber daya manusia dari para wajib
militer." --Yigal Allon, wakil perdana menteri Israel, 197017
FAKTA
Orang-orang Yahudi di Palestina
selalu mempunyai senjata-senjata yang lebih baik dan lebih banyak dibanding
orang-orang Palestina atau orang-orang Arab lainnya di negara-negara tetangga.
Sementara baik Arab maupun Yahudi secara resmi menghadapi embargo pembelian
senjata dari Amerika Serikat dan sebagian besar negara Barat lainnya,
orang-orang Yahudi secara sembunyi-sembunyi menerima pasokan-pasokan besar
persenjataan dari Cekoslowakia sejak awal 1948. Satu kontrak saja bisa mencakup
24.500 pucuk senapan, 5.000 senjata mesin ringan, 200 senjata mesin medium, 54
juta rentetan amunisi, dan 25 pesawat perang Messerschmitt.18 Menjelang
dimulainya perang unit-unit terorganisasi pada 15 Mei 1948, orang-orang Israel
telah mampu menyediakan 800 kendaraan bersenjata melawan 113 milik gabungan
negara-negara Arab, dan 787 mortir dan 4 senjata medan tempur melawan 40 mortir
dan 102 senjata pihak Arab.19
Pada saat yang sama, pasokan
senjata utama lainnya bagi orang-orang Yahudi datang dari para Zionis Amerika
di Amerika Serikat yang melanggar embargo senjata AS. Pasokan-pasokan semacam
itu termasuk dari Institut Sonneborn, sekelompok orang kaya Amerika-Yahudi yang
diketuai oleh Rudolf G. Sonneborn, seorang industrialis-jutawan New York .20
Dua lainnya adalah joint Distribution Committee and Service Airways, yang
diketuai oleh orang Yahudi-Amerika Adolph ("Al") William Schwimmer,
mantan ahli mesin penerbangan TWA.21 Pemain utama lainnya adalah seorang
kelahiran Austria, Teddy Kollek, yang mengetuai pembelian-pembelian senjata
bawah tanah Israel di New York dan di kemudian hari menjadi walikota Jerusalem
Barat yang masuk wilayah Yahudi.22
Schwimmer dan perusahaan
penerbangannya adalah salah satu dari sedikit kelompok bawah tanah Yahudi yang
benar-benar dituntut karena perdagangan gelap mereka; dia dinyatakan bersalah
di pengadilan federal Los Angeles pada 1950 dan didenda $ 10.000 karena
mengekspor pesawat-pesawat udara dan suku cadang untuk Israel dan negara-negara
lain. Schwimmer lalu menjadi kepala perusahaan pesawat terbang Israel, Israel
Aircraft Industries, dan tampil lagi pada 1985 sebagai seorang pemain utama
dalam skandal terburuk pemerintahan Reagan, skandal Iran-Contra.23
OMONG KOSONG
"Musuh-musuh
kami telah gagal mengalahkan kami melalui kekuatan bersenjata meskipun jumlah
mereka jauh melebihi kami, dua puluh berbanding satu." --Chaim
Weizmann, presiden sementara Israel, 194824
FAKTA
Jumlah pasukan bersenjata Yahudi
yang telah terlatih jauh melebihi jumlah seluruh pasukan yang diterjunkan ke
medan perang oleh lima negara Arab pada 15 Mei 1948, dan keadaan demikian terus
berlanjut. Di garis depan, pasukan bersenjata Israel berjumlah 27.400 orang
sedangkan dari negara-negara Arab 13.876 orang yang berasal dari Mesir 2.800
orang; Irak 4.000 orang; Lebanon 700 orang; Syria 1.876 orang; dan Transyordan
4.500 orang.25 Pada waktu
itu, 18 Mei, dinas intelijen angkatan bersenjata AS memperkirakan ada kekuatan
40.000 pasukan Yahudi dan 50.000 milisi melawan 20.000 pasukan Arab dan 13.000
gerilya.26 Ahli sejarah Israel Simha Flapan menyatakan: "Jumlah pasukan
Israel tidak kalah besar. Meskipun terdapat perbedaan dalam perkiraan mereka,
terutama menyangkut jumlah pasukan Yahudi, banyak pengamat sepakat tentang
fakta ini."27
OMONG KOSONG
"[Orang-orang Arab
demikian kuatnya pada 1948 sehingga] banyak ahli militer mengira bahwa Israel
akan segera terkalahkan." --Terrence Prittie dan B. Dineen, The Double
Exodus, 197628
FAKTA
Israel memiliki banyak kelebihan
dalam hal pasukan dan persenjataan sehingga tidak pernah ada keraguan di
kalangan para pengamat bahwa Israel akan memenangkan perang. Menteri Luar
Negeri George Marshall memberitahu kedutaan-kedutaan besar AS sehari sebelum
perang dimulai bahwa angkatan bersenjata Arab sangat lemah dan bukan tandingan
bagi Israel. Kekhawatirannya yang terbesar adalah bahwa "jika orang-orang
Yahudi menuruti nasihat kaum ekstremis mereka yang lebih menyukai kebijaksanaan
yang menghinakan bangsa Arab, setiap Negara Yahudi yang akan didirikan hanya
mampu bertahan dengan bantuan terus-menerus dari luar negeri."29 Pada 13
Mei, dua hari sebelum perang, kedutaan besar AS di Mesir melaporkan bahwa
pasukan Arab belum berhasil mendapatkan senjata dari luar negeri dan bahwa
moral mereka sangat rendah, sambil menambahkan: "Angkatan bersenjata Arab
dikhawatirkan akan dikalahkan dengan mudah oleh pasukan Yahudi."30
Raja Yordania Abdullah telah
berulangkali memperingatkan: "Pasukan Yahudi terlalu kuat --adalah keliru
jika kita ikut berperang."31 Pasha Glubb yang legendaris dari Inggris
Raya, ketua Legiun Arab Yordania, di kemudian hari mengingatkan: "Saya
tidak melewatkan kesempatan untuk memberi informasi [pada pemerintah Yordania]
bahwa Transyordan tidak mempunyai cukup sumber untuk berperang melawan negara
Yahudi."32 Menurut laporan ahli sejarah Israel Simha Flapan:
"Perkiraan Agen Yahudi tentang tujuan dan kapasitas Arab... melaporkan
bahwa para kepala staf Arab telah memperingatkan pemerintah masing-masing
mengenai serangan Palestina dan perang yang berkepanjangan."33 Ahli sejarah militer
Pakistan Syed Ali el-Edroos menyimpulkan: "Dalam pengertian militer
profesional, sesungguhnya, tidak ada rencana sama sekali."34
Hampir empat puluh tahun
kemudian, ahli sejarah Israel Benny Morris menyimpulkan: "Yishuv
[komunitas Yahudi di Palestina] secara militer maupun administratif jauh lebih
unggul dibanding orang-orang Arab Palestina."35
OMONG KOSONG
"Kami
pun mempunyai kelompok-kelompok teroris sendiri semasa Perang Kemerdekaan:
Stern, Irgun... Namun tidak satu pun di antara mereka yang menyelubungi diri
dengan kekejian sedemikian rupa sebagaimana yang telah dilakukan orang-orang
Arab terhadap kami." --Golda Meir, perdana menteri Israel, 197236
FAKTA
Dalam periode 1947-1948 yang
mengakibatkan kelahiran Israel, terorisme marak di Palestina, dilancarkan
terutama oleh kaum Zionis.
Pemimpin Yahudi David Ben-Gurion
mencatat dalam sejarah pribadinya tentang Israel: "Dari 1946 hingga 1947
hampir tidak ada serangan Arab atas Yishuv [komunitas Yahudi di
Palestina]."37
Ketika perang menjelang pecah pada 1948, aksi-aksi teror dilancarkan oleh kedua
belah pihak, namun orang-orang Arab bukanlah tandingan bagi kampanye yang
terorganisasi dan sistematis yang dijalankan oleh para teroris Zionis.38 Sebagaimana dilaporkan
seorang Mayor Inggris R.D. Wilson pada 1948, mereka melakukan
"serangan-serangan biadab atas desa-desa Arab, di mana mereka tidak
membedakan antara kaum wanita dan anak-anak yang mereka bunuh setiap ada
kesempatan." 39
Aksi-aksi teror Zionis, yang
dilancarkan terutama oleh anggota-anggota dari dua kelompok utama, Irgun dan
Lehi, atau Stern Gang, termasuk pemboman pada 1946 atas King David Hotel di
Jerusalem, yang membunuh sembilan puluh satu orang empat puluh satu orang Arab,
dua puluh delapan orang Inggris, dan tujuh belas orang Yahudi;40 penggantungan dua prajurit
Inggris pada 1947 dan penjeratan tubuh mereka,41 pemboman pada 1948 atas Semiramis Hotel milik orang
Arab di Jerusalem, yang membunuh dua puluh dua orang Arab, termasuk kaum wanita
dan anak-anak,42 pembantaian
pada 1948 atas 254 kaum pria, wanita, dan anak-anak Arab di pedesaan Deir
Yassin,43 pembantaian atas banyak warga sipil di desa Dawayima pada 1948,44 dan
pembunuhan pada 1948 atas Wakil Khusus PBB Count Folke Bernadotte dari
Swedia.45 Menachem Begin memimpin Irgun, dan Yitzhak Shamir adalah salah
seorang pemimpin Stern Gang. Kedua orang itu di kemudian hari menjadi perdana
menteri Israel.
OMONG KOSONG
"Kami tidak bermaksud
menyingkirkan orang-orang Arab, mengambil tanah mereka, atau merampas warisan
mereka." --David Ben-Gurion, sebagai seorang Zionis senior, pertengahan
191546
FAKTA
Setelah penaklukan tanah Arab
pada perang 1948, terjadi perampasan, yang disusul penyitaan kekayaan Palestina
oleh orang-orang Yahudi. "Penjarahan dan perampasan merajalela,"
tulis ahli sejarah Israel Tom Segev. Dia mengutip penulis Israel Moshe
Smilansky, seorang saksi mata: "Dorongan untuk merampas menguasai setiap
orang. Individu-individu, kelompok-kelompok, dan komunitas-komunitas, kaum
pria, kaum wanita dan anak-anak, semuanya jatuh di atas barang-barang
rampasan." Menteri kabinet Aharon Cizling mengeluh: "Sungguh
memalukan, mereka memasuki sebuah kota dan dengan paksa mencopot cincin dari
jari dan perhiasan dari leher seseorang... Banyak yang melakukan kejahatan
itu."47
Hampir dua pertiga dari jumlah
semula 1,2 juta orang penduduk Palestina terusir, dan terpaksa menjadi
pengungsi. 48 Kehilangan yang sangat besar inilah yang menjadi alasan mengapa
perang itu dikenal oleh bangsa Arab sebagai Nakba, Bencana.49
Koresponden New York Times Anne
O'Hare McCormick melaporkan bahwa orang-orang Israel berlari "dengan
kecepatan penuh" untuk menduduki tanah itu, sambil menambahkan: "Jika
gelombang masuk itu terus berlangsung dengan jumlah kira-kira 200.000 orang per
tahun maka tidak lama lagi jumlah para pendatang baru itu akan melebihi jumlah
penduduk asli yang terusir."50
Ketika sarjana Israel, Israel
Shahak, melakukan penelitian pada 1973, dia mendapati bahwa dari 475 desa asli
Palestina yang dimasukkan ke dalam wilayah perbatasan yang dibuat sepihak oleh
Israel pada 1949, hanya 90 yang masih ada; 385 sisanya telah dihancurkan.51 Penelitian-penelitian yang
dilakukan di kemudian hari menunjukkan bahwa jumlah seluruhnya lebih dari 400.52
Desa-desa itu, menurut laporan
Shahak, "dihancurkan sama sekali, dengan rumah-rumah, tembok-tembok taman,
dan bahkan kuburan-kuburan serta batu-batu nisannya, sehingga secara harfiah
tidak ada sebuah batu pun yang masih tegak berdiri, dan para pengunjung...
diberitahu bahwa 'itu semua adalah gurun pasir.'"53
OMONG KOSONG
"Bukti terbaik untuk menentang mitos
[ekspansionisme Israel] ini adalah sejarah penarikan mundur Israel dari wilayah
yang direbutnya pada 1948, 1956, 1973 dan 1982." --AIPAC, 199254
FAKTA
Di tengah-tengah perang 1948,
diplomat Inggris Sir Hugh Dow melaporkan: "Orang-orang Yahudi itu jelas
ekspansionis."55
Israel tidak pernah menyerahkan satu bagian penting pun dari tanah yang
direbutnya pada 1948 di luar perbatasan-perbatasan yang ditetapkan Rencana
Pembagian PBB. Rencana itu membatasi luas negara Yahudi hingga 5.893 mil
persegi, sama dengan 56,47 persen dari seluruh Palestina, namun menjelang akhir
perang 1948 Israel menguasai daerah seluas 8.000 mil persegi, 77,4 persen dari
tanah itu.56 Secara signifikan, Deklarasi Kemerdekaan Israel tidak menyebutkan
adanya perbatasan, dan negara Yahudi tidak pernah secara terbuka menyatakan
batas-batasnya.57
Israel menguasai daerah Palestina
yang mencakup 475 kota kecil dan desa, yang sebagian besar di antaranya kosong
atau segera dibuat demikian. (Ini sebanding dengan 279 pemukiman Yahudi di
seluruh Palestina yang ada pada 29 November 1947, hari diberlakukannya Rencana
Pembagian PBB.)58
Sebagaimana dikatakan Menteri
Pertahanan Moshe Dayan pada satu kelas yang berisi para pelajar Israel pada
1969: "Tidak ada satu tempat pun yang dibangun di negeri ini yang
sebelumnya tidak dihuni oleh penduduk Arab."59 Sesungguhnyalah, orang-orang Israel telah menyita
158.332 unit dari keseluruhan 179.316 unit perumahan, termasuk rumah-rumah dan
apartemen-apartemen.60
Orang-orang Yahudi sedikitnya telah mengambil alih 10.000 toko dan 1.000
gudang.61 Kira-kira 90
persen kebun zaitun Israel direbut dari orang-orang Arab dan juga 50 persen
kebun jeruknya,62 suatu
penyitaan yang begitu besar sehingga pemasukan dari kebun zaitun dan jeruk itu
"sangat menolong untuk meringankan masalah serius dalam keseimbangan
neraca pembayaran Israel dari 1948 hingga 1953," kata Ian Lustick.63
Setelah perang 1967, pasukan
militer Israel menguasai seluruh Palestina, Tepi Barat dan jalur Gaza, plus
Dataran Tinggi Golan milik Syria dan Semenanjung Sinai milik Mesir, suatu
rentang wilayah yang luas seluruhnya adalah 20.870 mil persegi.64
Setelah serangan Operasi Litani
oleh Israel atas Lebanon pada Maret 1978, perbatasan Israel lagi-lagi meluas
sehingga mencakup "sabuk pengaman" yang diklaimnya secara sepihak di
Lebanon Selatan, suatu jalur sepanjang perbatasan yang mendesak masuk antara
tiga hingga enam mil ke wilayah Lebanon.65 "Sabuk pengaman" itu mendesak masuk lagi
hingga dua belas mil setelah serangan Israel tahun 1982 atas Lebanon .66 "Sabuk pengaman"
itu tetap ada hingga hari ini, membuat Lebanon Selatan menjadi apa yang disebut
oleh sebagian orang Israel sebagai "Tepi Utara" yang dikuasai Israel.
Meskipun Israel di kemudian hari
memang mengembalikan Semenanjung Sinai sebagai pertukaran bagi perdamaian
dengan Mesir, ia terus menduduki semua wilayah Arab lain yang telah direbutnya
lewat kekerasan selama bertahun-tahun kecuali kota kecil Syria Quneitra, yang
dihancurkannya sebelum penarikan mundur pada 1974 sebagai hasil persetujuan
pelepasannya dengan Syria .67
Catatan kaki:
1 Dupuy, Elusive Victory, 3-19;
Flapan, The Birth of Israel, 192-93.
2 Meir, My Life, 211.
3 Quigley, Palestine and Israel,
39.
4 Palumbo, The Palestinian
Catastrophe, 40.
5 Khalidi, From Haven to
Conquest, lxxix. Teks dari rencana itu terdapat dalam rubrik khusus "1948
Palestine" dari Journal of Palestine Studies, Musim Gugur 1988, 20- 38.
6 New York Times, 20 Desember
1947. Juga lihat Quigley, Palestine and Israel, 41. Laporan resmi militer
Inggris adalah WO 275/64 (London: Public Record Office), dikutip dalam Nakhleh,
Encyclopedia of the Palestine Problem, 153.
7 Sykes, Crossroads to Israel,
337. Lihat juga Green, Taking Sides, 69.
8 Palumbo, The Palestinian
Catastrophe, 40.
9 Dikutip dalam Flapan, The Birth
of Israel, 121.
10 Khalidi, From Haven to
Conquest, lxxix.
11 Morris, The Birth of the
Palestinian Refugee Problem, 63.
12 Ibid., 128; Quigley, Palestine
and Israel, 62.
13 Flapan, The Birth of Israel,
192. 132-133.
14 Kawat 513 dari Kairo,13 Mei
1948, dikutip dalam Flapan, The Birth of Israel, 192.
15 Dikutip dalam Flapan, The
Birth of Israel, 192. Juga lihat Shlaim, Collusion across the Jordan, 197.
16 Khalidi, From Haven to
Conquest, lxxxii.
17 Allon, Shield of David, 187.
18 Khalidi, Before Their
Diaspora, 316. Lihat juga Cockburn, Dangerous Liaison, 20-21; Peres, David's
Sling, 32-33. Sebagai balasan bagi bantuan itu, Israel menyampaikan beberapa
rahasia peralatan militer AS kepada Cekoslowakia, termasuk sebuah sistem radar
bergerak, lihat Green, Living by the Sword, 217-18.
19 Khalidi, From Haven to Conquest,
861-66.
20 Grose, Israel in the Minds of
America, 210-11.
21 Raviv dan Melman, Every Spy a
Prince, 326-30; Cockburn, Dangerous Liaison, 24-25.
22 Cockburn, Dangerous Liaison,
24-25,158.
2 Ibid., 24-25.
24 Dalam sebuah surat untuk
Presiden Truman, dikutip dalam Flapan, The Birth of Israel, 189.
25 Khalidi, From Haven to
Conquest, 867-71.
26 Green, Taking Sides, 71.
27 Flapan, The Birth of Israel,
195. Tekanan ini ada pada tulisan aslinya. Untuk pembahasan mengenai berbagai
perkiraan layak yang mencerminkan semua pihak, lihat Flapan, 194-97.
28 Dikutip dalam Flapan, The
Birth of Israel,189.
29 Telegram rahasia "INFOTEL
dari Menteri Luar Negeri," 14 Mei 1948, dikutip dalam Green, Taking Sides,
70-71.
30 Kawat 513 dari Kairo, 13 Mei
1948, dikutip dalam Flapan, The Birth of Israel, 192.
31 Glubb, A Soldier with the
Arabs, 152.
32 Shlaim, Collusion across
Jordan, 271-72.
33 Flapan, The Birth of Israel,
123.
34 el-Edroos, The Hashemite Arab
Army, 244.
35 Morris, The Birth of the
Palestinian Refugee Problem, 7.
36 Fallaci, Interview with
History, 100.
37 Ben-Gurion, Israel, 63.
38 Michael C. Hudson, "The
Transformation of Jerusalem: 1917-1987 A.D." dalam Asali, Jerusalem in
History, 257.
39 Quigley, Palestine and Israel,
41. Lihat juga Flapan, The Birth of Israel, 90-91.
40 Bethell, The Palestine
Triangle, 263; Sachar, A History of Israel, 267. Untuk rincian mengenai
pemboman dan reaksi para pejabat Inggris, lihat Nakhleh, Encyclopedia of
Palestine Problem, 269-70.
41 Silver, Begin, 78-80.
42 CO 537/3855 (London: Public Record
Office), dikutip dalam Nakhleh, Encyclopedia of the Palestine Problem, 270-71;
Tannous, The Palestinians, 474. Pemerintah Inggris secara terbuka mengutuk
pemboman Semiramis sebagai suatu "tindak pembunuhan yang pengecut dan keji
atas orang-orang tak bersalah." Ketika Agen Yahudi mengajukan keberatan
karena Inggris tidak mengutuk pembunuhan-pembunuhan yang dilakukan oleh
orang-orang Arab, para pejabat Inggris menjawab bahwa orang-orang Arab itu
tidak melancarkan serangan-serangan terorganisasi atas bangunan-bangunan yang
dihuni oleh kaum wanita dan anak-anak; lihat Quigley, Palestine and Israel, 43.
43 Khalidi, From Haven to
Conquest, 761-78, memuat penjelasan tangan pertama yang mengharukan dari
Jacques de Reynier, "Deir Yassin;" serta penjelasan-penjelasan
tentang serangan-saerangan atas pusat-pusat Palestina lainnya. Banyak penulis
telah membahas tentang pembantaian itu, barangkali tidak lebih baik dibanding
Silver, Begin, 88-89. Juga lihat rincian-rinciannya dalam Nakhleh, Encyclopedia
of the Palestine Problem, 271-72.
44 Morris, The Birth of
Palestinian Refugee Problem, 222. Juga lihat Palumbo, The Palestinian
Catastrophe, xii-xiv; Quigley, Palestine and Israel, 85; Nakhleh, Encyclopedia
of Palestine Problem, 272.
45 Persson, Mediation and Assassination,
204. Juga lihat Kurzman, Genesis 1948, 555-56; Avishai Margalit, "The
Violent Life of Yitzhak Shamir," New York Review of Books, 14 Mei 1992;
Palumbo, The Palestinian Catastrophe, 36.
46 Teveth, David Ben-Gurion and
the Palestinian Arabs, 27.
47 Segev,1949, 69-72.
48 Thomas J. Hamiton, New York
Times, 19 November 1949; "Report of the Special Representative's mission
to the Occupied Territories, 15 Sept. 1967," laporan PBB No. A/6797.
49 Walid Khalidi, "The
Palesfine Problem: An Overview," Journal of Palestine Studies, Musim Gugur
1991, 9.
50 Anne O'Hare McCormick, New
York Times, 18 Januari 1949. Juga lihat Morris, The Birth of the Palestinian
Refugee Problem, 135-36; Cattan, Jerusalem, 61; Segev, 1949, 95.
51 Israel Shahak, "Arab
Villages Destroyed in Israel," dalam Davis dan Mezvinsky, Documents from
Israel, 43-54. Juga lihat Morris, The Birth of the Palestinian Refugee Problem,
xiv-xviii, yang melakukan penelitian serupa dengan penelitian Shahak pada
1980-an dan membuat daftar nama, tanggal, dan penyebab ditinggalkannya 369 desa
Arab pada 1948-1949. Nakhleh, Encyclopedia of the Palestine Problem, menyalin
daftar semua kota besar, kota kecil, dan desa di Palestina pada 1945
sebagaimana yang diterbitkan dalam Palestine Gazette (295-306) dan juga daftar
nasib yang menimpa semua unit politik itu setelah 1948 (315-32).
52 Suatu penelitian yang
diselesaikan pada 1991 oleh sarjana Walid Khalidi melaporkan bahwa 418 desa
telah dihancurkan; lihat Khalidi, All That Remains.
53 Israel Shahak, "Arab Villages
Destroyed in Israel," dalam Davis dan Mezvinsky, Documents from Israel,
43.
54 Bard dan Himelfarb, Myths and
Facts, 84.
55 Shlaim, Collusion across the
Jordan, 289. Sebuah versi buku sampul tipis yang ringkas dari karya penting
Shlaim diterbitkan pada 1990 oleh Columbia University Press dengan judul The
Politics of Partition: King Abdullah, the Zionists, and Palestine.
56 Sachar, A History of Israel,
350; Epp, Whose Land Is Palestine?, 195. Untuk rincian mengenai rencana-rencana
Israel untuk menduduki wilayah Palestina, lihat Khalidi, From Haven to
Conquest, lxxv-lxxxiii, 755-61. Untuk telaah yang sangat bagus tentang pemilikan
tanah Yahudi, lihat Ruedy, "Dynamics of Land Alienation;" dalam
Abu-Lughod, Transformation of Palestine, 119-38. Juga lihat Davis Mezvinsky,
Documents front Israel, 43-54; Morris, The Birth of the Palestinian Refugee
Problem, 155, 179; Nakhleh, Encyclopedia of the Palestine Problem, 305-45;
Nyrop, Israel, 52; Shipler, Arab and Jew, 32-36; Segev, 1949, 69-71.
57 McDowall, Palestine and
Israel, 193. Teks deklarasi itu terdapat dalam Ben-Gurion, Israel, 79-81.
58 Morris, The Birth of
Palestinian Refugee Problem, 155, 179.
59 Dikutip dalam Nakhleh, The
Birth of the Palestinian Refugee Problem, 310, dari Ha'aretz (Tel Aviv), 4
April 1969.
60 Nakhleh, Encyclopedia of the
Palestine Problem, 369.
61 dan Peretz, "The Arab
Refugee Dilemma;" Foreign Affairs, Oktober 1954.
62 Palumbo, The Palestinian
Catastrophe, 146.
63 Lustick, Arabs in the Jewish
State, 59.
64 Nyrop, Israel, xix; Foundation
for Middle East Peace, Report on Israeli Settlement in the Occupied
Territories, Laporan Khusus, Juli 1991.
65 Ahmad Beydoun, "The South
Lebanon Border Zone: A Local Perspective;" Journal of Palestine Studies,
Musim Semi 1992,44.
66 Thomas L. Friedman, New York
Times, 22 September 1986.
67 Israel berusaha mempertahankan
sebidang tanah seluas 250 acre di garis depan pantai Sinai sebelah selatan
Eliat yang bemama Taba. Namun, satu kelompok yang terdiri atas lima juri
menetapkan pada 1988 bahwa tanah itu sah dimiliki oleh Mesir, dan Israel
akhirnya terpaksa melepaskannya sepuluh tahun setelah perjanjian; Edward Cody,
Washington Post, 30 September 1988.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar