Rabu, 03 Juli 2013

Kerjasama Kongkrit Ekonomi APEC di Bidang Iptek

Senin, 01 Juli 2013
Setelah menjadi Ketua Bersama Selandia Baru pada Pertemuan Chief Science Advisor APEC kemarin (30/06), Indonesia kembali pimpin Ekonomi APEC pada pertemuan APEC Policy Partnership on Science (PPSTI) hari ini (01/07). Dalam pertemuan yang baru dibentuk tahun 2013 ini Indonesia mendorong para Ekonomi APEC untuk terus menindaklanjuti tiga rencana aksi di bidang Iptek demi kemajuan ekonomi di kawasan.

Pada pertemuan yang dibuka oleh Menteri Riset dan Teknologi, Prof. Gusti M. Hatta, Indonesia menyampaikan bahwa ketiga rencana aksi ini adalah penting dalam menjawab tantang global dan kebutuhan masyarakat saat ini.

"Membangun kapasitas sains, meningkatkan iklim inovasi dan meningkatkan konektivitas sains dan teknologi di kawasan merupakan tiga rencana aksi yang akan diformulasikan dalam Rencana Strategis 2013-2015", ujar Menristek Hatta di depan 21 Ekonomi APEC yang hadir.

Rencana Strategis 2013-2015 ini dapat diwujudkan melalui berbagi bidang kerjasama konkret antara lain; (1) bidang kesehatan, (2) ketahanan pangan dan Pertanian, (3) ketahanan energi, (4) teknologi informasi, (5) industri pertahanan biotechnology, (6) teknologi nuklir dan (7) teknologi kesehatan.

Menristek mengharapkan dengan adanya Sub Group Meeting yang didasarkan pada ketiga rencana aksi ini, PPSTI dapat memberikan rekomendasi konkret bagi perkembangan iptek dan lebih lanjut kemajuan ekonomi di kawasan.

Indonesia Harus Ambil Manfaat Kerjasama Iptek

Ditemui secara terpisah dalam temu dengan wartawan, Menristek RI memamparkan bahwa Indonesia harus mampu mengambil manfaat kerjasama ini. Indonesia, juga memiliki keunggulan dibidang iptek. "Banyak penelitian yang berkualitas, namun belum diproduksi secara massal", tegasnya.

Menristek menyampaikan bahwa saat ini banyak sekali riset unggul Indonesia yang siap dikomersilkan. "Salah satu hasil penelitian dari Badan Tenaga Nuklir (Batan), contohnya, mampu menghasilkan padi 10 ton per hektar dimana rata-rata pola tanam di Indonesia baru mampu menghasilkan 6 ton perhektar. Ini sudah siap dipakai", papar Menristek.

Dalam hal ini, Indonesia dapat memanfaatkan forum ini sebagai media mempromosikan produk sekaligus mengambil pelajaran dari apa yang belum dimiliki.

Ditanya mengenai pembangunan iklim inovasi di tanah air, Menristek menyampaikan bahwa Indonesia tengah berusaha dalam menciptakan lingkungan yang mendorong adanya inovasi. Hal ini dilakukan melalui pemberian penghargaan dan hak cipta serta peningkatan remunerasi bagi para peneliti.

"Kami harapkan ini semakin meningkatkan semangat para peneliti kami untuk terus berinovasi", tutup Menristek RI Gusti M. Hatta.

Pertemuan PPSTI yang dibentuk pada tahun 2013 ini bertujuan untuk mendukung kerjasama Iptek di kawasan regional APEC.

Manfaat langsung yang didapatkan Indonesia dengan adanya pertemuan ini adalah pengembangan jaringan dan inovasi serta pembangunan kapasitas sains. Hal ini mengingat beberapa proyek APEC sangat terkait dengan fokus Iptek Indonesia. (Sumber: Dit. Infomed/Kominfo/Dimas/PY)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar