Rabu, 28 Agustus 2013

Asli Cintanya, Palsu Mahar Uangnya


NID-16 JuliSEBAGAI calon mantu, Maskuri, 47, lumayan “kreatif” juga. Tak ada uang untuk mahar perkawinan, cukup mencetak sendiri lewat komputer. Untung sebelum dibayarkan kepada calon mertoku, sudah tercium polisi. Kini Maskuri gagal membayangkan indah dan serunya malam pertama.
Dalam kondisi kepepet, orang suka berbuat nekad dan untung-untungan. Kadang bisa sukses dan terbebas dari belenggu masalah. Tapi yang sering terjadi justru masalah tersebut menjadi lebih bermasalah. Sebab diakui atau tidak, dewasa ini yang bisa menyelesaikan masalah tanpa bermasalah, itu hanya monopoli Kantor Pegadaian!
Lelaki kepepet yang kemudian main untung-untungan salah satunya Maskuri, warga Jalan Panjaitan Perum Tapis Desa Jone, Kecamatan Tanah Gerogot,  Kabupaten Pasir, Kalimantan Timur. Di kala kantong bokek kok ditantang calon mertua untuk segera menikah, ditempuhlah cara-cara tidak terpuji. Padahal hasilnya, justru duda kesepian itu gagal mempersunting dara idaman karena harus berurusan dengan polisi.
Maskuri memang lelaki malang. Di kala jadi pengangguran, statusnya berubah jadi duda pula. Istrinya dulu minta cerai juga karena statusnya yang nganggur itu. Tapi sebagai lelaki normal, melihat fustun-fustun (baca: wanita cantik) di jalan-jalan, tentu kepengin juga. Tapi mana mau perempuan dinikahi lelaki tanpa kerjaan, sehingga akhirnya hanya “dikerjain” melulu?
Tapi Maskuri tak kehabisan akal. Dengan mengaku bekerja di PT Tempo  – maksudnya tempo-tempo kerja, tempo-tempo tidak– dia berhasil meyakinkan seorang janda muda dan siap jadi istrinya. Seringkali dia ngapeli cewek itu ke rumahnya, diajak jalan-jalan pula. Sebagai orangtua si gadis, tentu saja tak rela jika anaknya hanya ditenteng ke sana kemari tanpa tujuan jelas.
Belum lama ini Maskuri ditantang ayah Fatma, 33, tentang keseriusan hubungan tersebut. Jika memang tujuannya untuk membentuk keluarga sakinah yang mawadah warahmah, seyogyanya Fatma segera dinikah secara resmi. “Kapan nak Maskuri siap melamar putriku?” kata calon mertoku. Takut ketahuan siapa dirinya yang sebenarnya, Maskuri pun menjawab mantap, “Bulan depan kami siap nikah.”
Padahal, pulang dari rumah calon mertoku, Maskuri langsung panas dingin dan panas dalam pula. Mau minta tolong Dedy Mizwar, orangnya sudah sibuk jadi Wagub Jabar. Terpaksa dia memeras otak, bagaimana caranya agar segera terbebas dari tantangan calon mertua. Begitu ingat di rumah ada komputer dan alat scannya sekalian, Maskuri langsung tertawa lebar.
Di kamarnya, uang ratusan selembar miliknya lalu discan dan kemudian diolah lewat program photoshop-7.  Setelah diatur sedemikian rupa, uang hasil scan itu berhasil dicetak warna dan bolak-balik dalam kertas HVS. Dia pun segera ngeprint-nya banyak-banyak sampai lebih dari 140 lembar yang “bernilai” Rp 14 juta. Untuk sekedar mengetes, selembar uang itu dibelanjakan di warung tetangga, ternyata sukses bahkah dapat uang kembalian yang asli.
Padahal gara-gara ulah Maskuri, pemilik warung lapor ke polisi dan langsung diadakan penyergapan. Rupanya Maskuri tak menyangka secepat itu akal-akalannya ketahuan. Buru-buru dia membuang barang bukti uang palsu itu lewat jendela. Padahal di luar polisi sudah mengepungnya. Tanpa perlawanan, Maskuri ditangkap dan digelandang ke Polsek Tanah Grogot.
Cara pemalsuan Maskuri memang primitif sekali, karena upal (uang palsu) itu langsung luntur saat terkena air. Dalam pemeriksaan dia mengakui, nekad berbuat seperti itu karena terdorong dikejar-kejar calon mertua untuk segera menikah. “Tak punya uang untuk mahar, terpaksa saya nyetak sendiri,” katanya polos.
Kaco, Maskuri mau berlagak Peruri. (JPNN/Gunarso TS)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar