CINTA hanya satu malam saja mengasyikkan (baca: enak lagunya), apa
lagi cinta sampai 9 malam, sudah pasti semakin menghanyutkan. Ini
benar-benar dialami oleh duda beranak 3 Bahrun, 43, dari Aceh. Cuma
karena semua tanpa restu orangtua sigadis, urusan pun memanjang sampai
polisi.
“Betapa indahnya cintaku di saat itu, dalam pelukannya dalam
belaiannya aku tlah terlena……” Begitu sepenggal lirik lagu “Cintaku
hanya semalam” yang dinyanyikan oleh Melliya. Lagunya memang lincah dan
enak, sehingga hal ini mungkin mengilhami Bahrun, warga Desa Panggoi,
Lhokseumawe (Aceh). Pikir dia kemudian, cinta hanya semalam saja sangat
mengasyikkan, apa lagi cinta yang beberapa malam, tentu lebih seru dan
menggebu-gebu. Kalau pinjam istilah orang Jawa, pasti gemak
lonteng-lonteng, krasa penak ndengkeng-ndengkeng (saking enaknya sampai
menggeliat-geliat).
Bahrun memang lelaki kesepian, atau jomblo menurut istilah kekinian.
Maklumlah, dalam usia puber kedua dia justru menyandang status duda. Tak
jelas dia duda cerai atau ditinggal mati. Yang pasti, gara-gara status
barunya tersebut Bahrun setiap malam tidur kedinginan, tanpa kegiatan
signifikan seperti biasanya. Ingin sebenarnya dia nikah lagi. Tapi
karena sudah punya buntut 3 biji, hal itu membuat sejumlah gadis yang
diincarnya jadi melengos. Apa lagi pekerjaan Bahrun hanya sopir angkot
L-300.
Agaknya doa orang kesepian juga mudah dikabulkan Tuhan. Soalnya,
sekitar awal Agustus lalu ada telepon nyasar ke HP miliknya. Suaranya
perempuan, usia masih ABG. Iseng-iseng Bahrun meladeni telepon tersebut.
Eh kok jadi nyangkut. Artinya, dari kenal lewat HP tersebut kemudian
keduanya serius pengin ketemu dan tatap muka. Pada pertemuan tanggal 6
Agustus di Simpang KKA, Kecamatan Dewantara, Aceh Utara tersebut,
keduanya sepakat menjalin koalisi untuk menuju sebuah konvensi.
Begitu ketemu langsung ABG bernama Rani, 16, tersebut, ukuran celana
Bahrun mendadak berubah. Maklum sudah sekian lama dia tak pernah
tembak-tembakan macam militer Mesir lawan Ikhwanul Muslimin. Mulailah
dia pasang perangkap. Gadis itu diajak ke Banda Aceh, ternyata mau saja.
Jadilah mereka pergi ke sana. Lewat seorang penghulu liar, keduanya
dinikahkan. Nah, begitu merasa sudah halalan tayiban wa asyikan, gadis
Rani pun diperlakukan bak istri sendiri.
Cinta hanya semalam itu ternyata enak juga ya, sehingga Bahrun pun
menambahnya sampai beberapa malam lagi. Tapi enak bagi mereka, tentunya
tak enak bagi orangtua Rani. Tahu bahwa anaknya dilarikan sopir angkot,
mereka segera lapor ke polisi. Akhirnya Bahrun pun dipancing, agar
segera kembali ke rumah, karena akan dinikahkan secara resmi dan
dilanjutkan dengan pesta adat sebagaimana lazimnya. “Saya malu punya
mantu kok tidak resepsi besar-besaran,” bujul ortu Rani lewat telepon.
Percaya akan bujukan orangtua Rani, Bahrun membawa “istri”-nya
kembali ke Sawang, Aceh Utara. Tapi begitu sampai bukannya didaftarkan
ke KUA, justru polisi datang sambil membawa borgol. Bahrun digelandang
ke kantor polisi. Dalam pemeriksaan dia mengakui, sudah 9 malam dia
melarikan Rani ke Banda Aceh. Katanya pula, dia menggauli gadis ABG itu
atas dasar senang sama senang, bukan karena tekanan.
Dibawa sembilan malam, skore-nya sudah berapa tuh? (JPNN/Gunarso TS)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar