Senin, 05 Agustus 2013

Untung Rugi Partai Politik Punya Kader Artis

Apa Untung Rugi Partai Politik Punya Kader Artis?ARTIS, yang karena profesinya biasa tampil, bisa memberi banyak kontribusi pada partai politik yang menaungi. Dengan memanfaatkan latar belakang sebagai artis, dalam acara-acara partai, misalnya, mereka bisa menjadi pembawa acara, MC, atau bahkan jadi pengisi acara kalau kebetulan bisa nyanyi, menari, atau melawak.

Partai tak perlu repot lagi harus mengundang artis untuk jadi MC atau mengisi acara dan mengeluarkan banyak dana. Cukup dengan mengerahkan kader yang berprofesi artis.
Saat partai menggelar acara di daerah, kehadiran kader artis juga bisa ikut memeriahkan suasana. Apalagi kalau si artis tampan atau cantik. Masyarakat pasti senang melihat kehadiran mereka. Dibanding bertemu politisi yang serius, dengan wajah kusut, apalagi tidak terkenal, korup lagi, masyarakat pasti lebih antusias dan terhibur bertemu artis yang berwajah rupawan.

Kalau pun tidak rupawan, paling tidak keterkenalan si artis bisa jadi penggoda untuk mengumpulkan kerumunan. Siapa juga yang tidak suka berdekatan dengan orang terkenal, artis?
Artis, dengan popularitas yang dimiliki, juga bisa mendongkrak popularitas partai tempatnya bernaung. Mungkin juga bisa mengangkat para politisi di partai yang sama. Kalau Anda politisi tapi sama sekali tidak terkenal, Anda bisa nebeng popularitas mereka. Hanya dengan duduk berdampingan dengan artis dan disorot kamera wartawan, atau sering bepergian berdua dengan si artis terkenal, pelan-pelan popularitas Anda akan ikut terkerek.
Soal mengerek popularitas, ini jurus yang biasa diterapkan dalam dunia selebriti. Manajemen yang menangani artis baru yang akan merilis album, misalnya, biasa merekayasa gosip. Salah satu cara yang biasa dipakai, si artis baru diisukan pacaran dengan artis yang sudah terkenal yang kebetulan satu manajemen. Begitu media heboh memberitakan, posisi si artis baru pun segera setara dengan si artis senior yang sudah terkenal. Jurus menempelkan nama pada artis yang sudah lebih dulu populer, ini sangat efektif menaikkan popularitas pendatang baru.
Selain bisa mendatangkan kerumunan, artis juga efektif untuk mendatangkan media. Contoh sederhana yang sudah sering terjadi. Beberapa artis yang mendaftar sebagai caleg kemarin, diliput media dengan heboh. Apa media mau berdatangan meliput kalau si caleg bukan artis dan tidak terkenal? Partai butuh media untuk mengkomunikasikan program. Media butuh nama dan peristiwa untuk dijadikan berita. Dan, artis selalu menarik diberitakan.
Kader artis yang memiliki pemahaman cukup pada visi misi dan kebijakan partai, juga bisa berperan lebih efektif kalau dijadikan juru bicara atau humas. Memajukan artis sebagai humas bisa membuat citra partai jadi lebih ngepop, selain membuat wartawan lebih tertarik untuk mewancarai.
Pendeknya, kehadiran artis bisa memberi banyak manfaat pada partai politik yang menaungi. Dari sisi si artis, partai juga bisa menjanjikan peluang karier baru yang tak kalah menjanjikan dibanding profesi awalnya. Sama-sama menguntungkan, sama-sama mendapat manfaat.
***
Tapi adakah ruginya partai politik punya kader artis?
Tak semua artis, baik yang terkenal apalagi kurang terkenal, bisa mengangkat imej partai. Produsen satu produk, biasanya akan melakukan kajian serius sebelum memilih satu artis untuk dijadikan bintang iklan atau brand ambassador. Mereka akan memilih artis yang imejnya bisa mengangkat imej produknya, bukan malah sebaliknya, merusak imej produk. Partai politik juga perlu menggunakan teori ini sebelumnya memajukan seorang artis sebagai representasi partai.
Satu lagi yang tak kalah penting, pastikan artis yang sudah menjadi kader partai tidak tersangkut kasus hukum. Karena, bila itu terjadi, tak hanya media umum (yang biasa memberitakan isu politik) yang akan berdatangan meliput, tapi juga situs hiburan seperti tabloidbintang.com ini, tabloid dan juga infotainment.
Bisa sama-sama kita bayangkan dampaknya kalau satu kasus tercela, diberitakan oleh berbagai media, umum dan hiburan, dengan gencar dan terus menerus. Dari anak kecil sampai kakek-nenek, laki-laki-perempuan, semua tahu artis A yang jadi kader partai X itu koruptor. Di sini partai politik bisa mengukur seberapa besar dampak pemberitaan masif media.
Kasus korupsi yang melibatkan kader Partai Demokrat Muhammad Nazaruddin, misalnya, semula hanya diberitakan media umum. Tapi begitu nama Angelina Sondakh juga ikut terlibat, jumlah media yang meliput jadi berlipat. Media hiburan online/cetak/infotaiment ramai-ramai ikut memberitakan.
Hal yang sama juga terjadi pada kasus korupsi kuota impor daging dengan tersangka Ahmad Fathanah dan Presiden Partai Keadilan Sejahtera Luthfi Hasan Ishaaq. Media hiburan baru ikut heboh memberitakan setelah muncul nama-nama artis (dari penyanyi dangdut sampai model seksi) dalam kasus ini. Saking hebohnya pemberitaan nama-nama wanita yang ikut terseret kasus ini, seolah mengalahkan isu korupsinya sendiri.
Tapi apakah media hiburan lebih powerful, punya kemampuan memengaruhi yang lebih dahsyat? Mungkin tidak. Tapi mereka yang mengonsumsi media hiburan ini umumnya orang-orang yang tidak tertarik politik, dan sebagai warga negara mereka mempunyai hak pilih yang akan digunakan pada waktunya.
Merekalah calon pemilih, yang belum menentukan pilihan karena bukan kader partai politik mana pun, yang tak bisa diabaikan. Dan, jumlah mereka terlalu besar untuk tidak dianggap serius.***
(yb/ade)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar