Selasa, 21 Januari 2014
“Media sosial merupakan instrument penting dalam diplomasi publik”,
tegas Duta Besar A.M. Fachir, Direktur Jenderal Informasi dan Diplomasi
Publik Kementerian Luar Negeri RI dalam paparannya di hadapan mahasiswa
Universitas Pembangunan Nasional (UPN) “Veteran“ Yogyakarta dalam
kunjungan ke Kementerian Luar Negeri RI (20/1).
Duta Besar Fachir menyatakan bahwa apabila dimanfaatkan secara benar media sosial akan mempunyai dampak yang luar bisa, dengan antara lain mengambil contoh terpilihnya Barack Obama sebagai Presiden Amerika Serikat.
Selama masa kampanye Presiden Obama menjual “American dreams”-nya melalui media sosial yang telah menarik publik Amerika untuk menjatuhkan pilihan kepadanya sebagai Presiden Amerika pertama keturunan Afrika.
Menurutnya media sosial merupakan alat yang efektif untuk menyampaikan berbagai macam gagasan, dan dalam hal ini para mahasiswa yang juga merupakan agent diplomasi publik dapat memanfaatkan media sosial dalam komunikasinya dengan mitra yang berasal dari luar negeri.
Duta Besar Fachir menjelaskan bahwa diplomasi publik Indonesia dalam pelaksanaannya merujuk pada landasan konstitusional, yaitu UUD 1945, khususnya Pembukaan UUD alinea 4.
Para pendiri bangsa yang menyusun UUD sangat visioner, karena telah memposisikan Indonesia sebagai negara besar yang sejak awal berkontribusi dalam ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan abadi dan keadilan sosial.
Tidak lama setelah merdeka, Indonesia telah menggalang dukungan kemerdekaan bagi negara-negara di Asia Afrika melalui penyelenggaraan Konferensi Asia Afrika 1955, dukungan bagi perdamaian dunia melalui pengiriman pasukan perdamaian sejak tahun 1957 dan penyelenggaran loka karya Laut China Selatan untuk kestabilan kawasan.
Melalui Gerakan Non Blok dan Group 77, Indonesia ikut berkontribusi dalam mewujudkan keadilan sosial, khususnya untuk kepentingan negara-negara berkembang.
Dalam akhir paparannya, Duta Besar Fachir secara khusus berpesan agar setelah kunjungan ke Kementerian Luar Negeri, UPN dapat menindaklanjutinya dengan sesuatu yang konkrit, antara lain dengan menciptakan pemikiran/gagasan untuk menampilkan potensi/local wisdom yang dimiliki oleh Yogyakarta.
Hal ini dapat dilakukan antara lain dengan mengundang mahasiswa asing untuk belajar di UPN. Para mahasiswa UPN juga dapat memanfaatkan program-program diplomasi publik yang ditawarkan oleh Kementerian Luar Negeri seperti Bea Siswa Seni dan Budaya Indonesia, Outstanding Students for the World dan Future Faith Leaders. (Sumber: Dit. Diplik)
Duta Besar Fachir menyatakan bahwa apabila dimanfaatkan secara benar media sosial akan mempunyai dampak yang luar bisa, dengan antara lain mengambil contoh terpilihnya Barack Obama sebagai Presiden Amerika Serikat.
Selama masa kampanye Presiden Obama menjual “American dreams”-nya melalui media sosial yang telah menarik publik Amerika untuk menjatuhkan pilihan kepadanya sebagai Presiden Amerika pertama keturunan Afrika.
Menurutnya media sosial merupakan alat yang efektif untuk menyampaikan berbagai macam gagasan, dan dalam hal ini para mahasiswa yang juga merupakan agent diplomasi publik dapat memanfaatkan media sosial dalam komunikasinya dengan mitra yang berasal dari luar negeri.
Duta Besar Fachir menjelaskan bahwa diplomasi publik Indonesia dalam pelaksanaannya merujuk pada landasan konstitusional, yaitu UUD 1945, khususnya Pembukaan UUD alinea 4.
Para pendiri bangsa yang menyusun UUD sangat visioner, karena telah memposisikan Indonesia sebagai negara besar yang sejak awal berkontribusi dalam ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan abadi dan keadilan sosial.
Tidak lama setelah merdeka, Indonesia telah menggalang dukungan kemerdekaan bagi negara-negara di Asia Afrika melalui penyelenggaraan Konferensi Asia Afrika 1955, dukungan bagi perdamaian dunia melalui pengiriman pasukan perdamaian sejak tahun 1957 dan penyelenggaran loka karya Laut China Selatan untuk kestabilan kawasan.
Melalui Gerakan Non Blok dan Group 77, Indonesia ikut berkontribusi dalam mewujudkan keadilan sosial, khususnya untuk kepentingan negara-negara berkembang.
Dalam akhir paparannya, Duta Besar Fachir secara khusus berpesan agar setelah kunjungan ke Kementerian Luar Negeri, UPN dapat menindaklanjutinya dengan sesuatu yang konkrit, antara lain dengan menciptakan pemikiran/gagasan untuk menampilkan potensi/local wisdom yang dimiliki oleh Yogyakarta.
Hal ini dapat dilakukan antara lain dengan mengundang mahasiswa asing untuk belajar di UPN. Para mahasiswa UPN juga dapat memanfaatkan program-program diplomasi publik yang ditawarkan oleh Kementerian Luar Negeri seperti Bea Siswa Seni dan Budaya Indonesia, Outstanding Students for the World dan Future Faith Leaders. (Sumber: Dit. Diplik)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar