Salah satu nelayan dari Kota Langsa,
Ar Rahman, mengatakan mendapatkan informasi dari radio komunikasi
mengenai kapal yang hampir tenggelam di perairan Aceh Timur.
"Lalu
saya dan kawan-kawan menuju lokasi untuk menolong mereka. Ketika sampai
di sana kami melihat ratusan orang, laki-laki dan anak-anak, perempuan
dan orang lanjut usia. Ketika melihat kami laki-laki melompat ke laut
dan berenang, sedih kami melihatnya," jelas Ar Rahman yang biasa disapa
Pak Do.
Ar Rahman mengatakan perempuan dan anak-anak bertahan di kapal yang oleng sebelum dievakuasi.
Ar Rahman atau biasa disapa Pak Do, ialah salah satu nelayan Aceh
yang turut membantu proses evakuasi para pengungsi Bangladesh dan
Myanmar.
"Laki-laki melompat ke laut sambil histeris dan berteriak
Allahu Akbar. Mereka meminta tolong dengan bahasa mereka," jelas Ar
Rahman kepada jurnalis BBC Indonesia.
Proses evakuasi para pengungsi ke pelabuhan Kuala Langsa kala itu dilakukan oleh lebih dari enam kapal nelayan dari Langsa.
Sebanyak
421 pengungsi merupakan warga Bangladesh yang semuanya laki-laki.
Sementara pengungsi Rohingya berjumlah 256 orang terdiri dari laki-laki,
perempuan, dan anak-anak.
Bekal dari Angkatan Laut
Mohamad
Rofiq, pengungsi Rohingya dari Myanmar, mengatakan ketika ditolak masuk
ke perairan Indonesia dan Malaysia, mereka diberi bekal makanan dan
bahan bakar oleh angkatan laut kedua negara.
"Makanan hanya
sedikit dan kami berikan untuk bayi terlebih dahulu. Kami sangat
kelaparan dan lelah setelah terombang ambing di laut selama empat hari,"
ungkap pria berusia 21 tahun itu
Rofiq mengaku sempat mengungsi ke Bangladesh melalui jalan darat yang berbatasan dengan Myanmar.
Di
sana, dia bertahan selama beberapa tahun sampai mendapatkan kartu
pengungsi dari Badan PBB yang mengurusi masalah pengungsi (UNHCR).
Mohamad Rofiq, pengungsi etnik Rohingya asal Myanmar, memulai
perjalanan dari Bangladesh ke Malaysia dua bulan lalu. Namun, kini dia
terdampar di Aceh. Dua bulan lalu dia memulai perjalanan dari Bangladesh menuju Malaysia melalui laut.
"Kami
berada di laut selama dua bulan ke Malaysia, lalu ke Thailand dan
bertahan di perairan negara itu selama kurang dari dua bulan. Kemudian
kami disatukan ke kapal yang lebih besar menuju Malaysia. Tetapi di
perjalanan kapten kapal meninggalkan kami," jelas Rofiq.
Rofiq mengatakan keluarganya masih berada di pengungsian di Bangladesh.
Kaum perempuan dan anak-anak yang mengungsi dari Bangladesh dan Myanmar kini ditampung di Pelabuhan Langsa, Aceh.
Gelombang kedua
Ratusan
pengungsi masih ditempatkan di gudang Pelabuhan Kuala Langsa, Kota
Langsa. Di antara mereka, puluhan orang dilarikan ke rumah sakit karena
kekurangan makanan dan menderita dehidrasi.
Gelombang pengungsi ini merupakan yang kedua tiba di Aceh dalam satu
pekan ini. Sebelumnya hampir 600 pengungsi terdampar di Lhoksukon dan
kini menempati lokasi pengungsian di Tempat Pelelangan Ikan Kuala
Cangkoy, Kecamatan Lapang, Aceh Utara.
Diperkirakan gelombang pengungsi masih akan berdatangan karena ada ribuan pengungsi yang berada di laut.
Belum
diketahui secara pasti berapa jumlah kapal yang mengangkut para
pengungsi ini. Namun PBB meminta Indonesia dan Malaysia tidak menolak
kedatangan mereka. (BBC Indonesia)
Baca juga: Kisah Pengungsi Yang Dipukuli
Tidak ada komentar:
Posting Komentar