Selasa, 28 Juni 2016

Sulitnya jual properti usai Brexit

Setelah Inggris menyatakan keluar dari keanggotaan di Uni Eropah efek penurunan ekonomi dalam negeri Inggris benar-benar sangat terasa salah satunya seperti yang dialami oleh Tuan tanah terbesar di Inggris, Fergus Wilson yang kesulitan menjual 1000 propertinya. Wilson menyatakan bisnisnya menjadi kacau dan ia harus menghadapi calon pembeli yang menunda-nunda dan sejumlah investor yang menarik diri pasca Brexit.


Wilson berencana menjual seluruh propertinya, termasuk 900 rumah, kepada sejumlah besar investor, baik individu maupun lembaga terkenal, menurut laporan The Telegraph, Selasa (27/6).

Boss  properti ini harus menunggu kepastian pasar untuk meyakinkan para calon investor soal prospek pembelian propertinya. Ini berarti sejumlah kesepakatan bisnisnya rentan gagal.

Wilson mengumumkan niatnya untuk menjual seluruh propertinya seharga 250 juta pound sterling pada akhir tahun lalu. Dia mengaku sedih harus menjual propertinya, namun "akal sehat harus tetap digunakan" untuk bertahan dalam ketidakpastian pasar. Wilson, yang saat itu berusia 67 tahun menyatakan "saya tidak akan bertambah muda."

Wilson merupakan satu dari sekian banyak pemilik properti dan tuan tanah di Inggris yang terkena imbas keraguan pasar terhadap masa depan investasi di negara itu. Berbaga perusahaan properti memperingatkan sejumlah besar pembeli menunda atau menarik diri dari penawaran properti lantaran khawatir Brexit akan membawa ketidakpastian ekonomi di Inggris sehingga investasi mereka akan sia-sia.

Sejumlah perusahaan properti melaporkan bahwa berbagai penawaran properti hunian gagal terjadi. Perusahaan The Partnership mengklaim 50 persen penawaran properti dinyatakan gagal usai Brexit, fenomena yang "belum pernah terjadi sebelumnya."

Meski menimbulkan ketidakpastian pasar, Wilson yakin bahwa kebijakan imigrasi ketat yang diserukan pegiat Brexit, seperti mantan wali kota Inggris Boris Johnson dan Michael Gove, akan membuat para penyewa properti di Inggris berasal dari kelas ekonomi yang lebih baik.

"Warga harus memiliki tempat tinggal dan [kebijakan] imigrasi memaksa mereka untuk menyewa bangunan seperti yang saya dan tuan tanah lainnya miliki di sini. Kami hanya akan mempertimbangkan orang-orang yang mampu membayar sewa," ujarnya.

"Saat ini, para penyewa properti saya sebagian besar merupakan warga Eropa Timur yang merupakan pekerja dengan keterampilan rendah namun memiliki banyak uang," kata Wilson.

"Saya pikir sistem [imigrasi berbasis] poin yang dirancang oleh Boris Johnson dan Michael Gove akan membantu para tuan tanah karena sistem itu akan membuat para penyewa properti berasal dari kelas yang lebih baik. Mereka hanya mengizinkan imigran dengan kemampuan tinggi, yang akan menjadi calon penyewa properti kami," ucap Wilson.

Wilson sendiri mengaku tidak berpartisipasi dalam referendum Uni Eropa yang menentukan keanggotaan Inggris pada pekan lalu. Namun, jika ia memilih, ia yakin akan memilih 'Keluar'.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar